Sabtu, 11 Desember 2010

Desember penuh hujan

Desember telah hampir tengah bulan,
Tiap hari siang malam turun hujan,
Dingin meriang terasa menusuk badan,
Anak sakit pilek batuk bersahut-sahutan,
 
Petani susah karena padi sulit berkembang
Sinar matahari kurang menembus terhalang
Bisa saja hama-hama malah menyerang
Sehingga hasil panen akan jelas berkurang
Padahal kebutuhan selalu bertambah panjang.
Oh kasihan,........  

Senin, 06 Desember 2010

LUNGITING ASMORO Mr.SENOPATI



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

Minggu, 28 November 2010

kumenanti seorang kekasih-iwan fals



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

Jumat, 26 November 2010

How could you say you love me



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

"Let Me Love You" Video



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

DIAN PISSESHA - KAU SEGALANYA BAGIKU



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

Dian Piesesa - Tak Ingin sendiri



Header tanggal diganti Jum'at, 05 Maret 2010Format Timestamp diganti 9:59 AM

Minggu, 31 Oktober 2010

PUISI MALAM

MALAM  JUM’AT
By M.Syahri Nurwahab

hujan turun deras mengguyur,
melebur dosa orang yang syukur,
tekun berdoa dimalam jum'at
bekerja keras mengejar manfaat
sampai terkantuk dia tak mengeluh
orang banyak dia peduli penuh
setiap malam dia bersimpuh
berdzikir, istighfar, bertasbih, bertakbir
sampai menjelang malam berakhir......

dipersembahkan khusus untuk sahabatku di Bogor

Wacana Lokal SM ( dimuat 11 Oktober 2010 )


Suara Merdeka Setahun Kedepan.
Oleh M.Syahri Nurwahab

Baru 4 bulan lagi Suara Merdeka akan genap berusia 61 tahun, tepatnya 11 Februari 2011. Dan itu bukan waktu yang terlalu panjang untuk melakukan sesuatu untuk kemajuan keberadaanya.

Umur 61 tahun bagi sebuah koran adalah usia yang sudah cukup tua dan jarang sekali sebuah penerbitan surat kabar bisa bertahan, seingat penulis hanya beberapa surat kabar tua yang masih hidup saat ini seperti, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat dan tentu saja Kompas. Selainnya adalah koran baru yang mungkin belum mencapai usia 25 tahun.

Sebuah prestasi yang membanggakan bahwa koran kita, Suara Merdeka yang berdiri sejak tanggal 11 Februari tahun 1950, bisa bertahan sampai hari ini. Ini sebuah berkah, sebuah keajaiban. Mengingat perjuangan berat para pengasuhnya melintasi jaman sulit. Bukan saja sulit secara ekonomis tapi juga sulit secara politis dimana banyak koran mati atau dimatikan pada saat pemerintahan Orde Baru. Ada yang mati karena kesulitan permodalan dan pemasaran tapi juga mati karena berhadapan dengan pisau breidel yang sangat tajam pada jamannya.

Ingat koran Sinar Harapan yang waktu itu sudah besar dan menasional juga rontok karena diiris oleh pisau breidel SIUP dan baru bisa hidup kembali dengan nama baru Sinar Pembaruan yang nuansa dan momentumnya sudah kalah jauh dengan Kompas yang berwatak kalem dan tahu diri. Seingat penulis waktu itu Kompas sudah kalah besar dengan Sinar Harapan. Lepas dari koran lain, mari kita menengok koran Suara Merdeka yang kini sudah dipimpin usahanya oleh sang cucu dari pendiri beliau bapak Hetami almarhum. Kita mengakui pada saat ini Suara Merdeka adalah yang terbesar di Jawa Tengah.Namun seberapa besarnya saat ini penulis masih merasa ada yang kurang bagi koran kecintaan kita bersama.

Terbukti sengaja apa tidak nyatanya Jawa Tengah bisa terserang oleh koran Propinsi lain yang cukup mempengaruhi pangsa pasar koran di proipnsi ini, karena mereka bisa merambah hampir tiap eks karesidenan dengan nama yang melekat dengan nama ibukota karesidenan. Oleh karenanya Suara Merdeka perlu berfikir bahwa dimasa mendatang pasar itu harus direbut kembali dengan daya dan upaya yang antara lain sebagai berikut.

Pertama, Suara Merdeka harus terdepan mengabarkan, baik nasional maupun lokal Jawa Tengah. Bukan berarti,meniru motto sebuah televisi nasional. Memang ketercepatan sajian berita itu sangat penting. Bila di tv, radio bahkan internet sudah ada berita yang muncul pada sore dan malam hari,namun kita semua tahu bahwa mereka hanya menyampaikan berita pada garis besarnya saja, sedangkan koran dengan cara cepat, cermat dan cerdik dari sang wartawan bisa saja menyajikan berita yang sungguh sangat lengkap dan berimbang dari berbagai sumber, sehingga para pembaca bisa terpuaskan dengan mengetahui detil berita yang dimuat saat itu.,

Kedua, Suara Merdeka harus bisa merambah setiap pelosok desa di Jawa Tengah yang berjumlah 8.560. Bila saja tiap desa kemasukan misalnya 100 exemplar,jadilah koran kita ini bisa menjadi “raja” ditahun depan dengan tiras hampir 1 juta exemplar. Hal ini tidak terlalu sulit untuk mencapainya karena 100 pelanggan bisa terdiri dari perorangan , lembaga pemerintah, kantor-kantor dinas, perusahaan, kelompok masyarakat, lembaga desa, komunitas seni budaya, pemuda, lembaga pendidikan dan sebagainya. 

Ketiga , semestinya setiap wartawan dan juga karyawan Suara Merdeka agar bisa berperan sebagai pemasar secara langsung atau tidak langsung untuk mengembangakan peningkatan pelanggan. Hal ini jangan hanya didiamkan begitu saja bertahun-tahun seperti keadaan sekarang yang seolah keuntungan perusahaan hanya bertumpu pada pemuatan iklan. Siapa saja yang ingin dimuat atau dikenalkan usahanya dimohon berlangganan satu bulan terlebih dahulu misalnya, ini ringan bagi mereka,kan hanya 70.000 rupiah siapa yang tidak kuat. Dengan cara imbal prestasi ini kedua-duanya untung.

Keempat, dengan tiras yang cukup besar secara otomatis harga langganan bisa diturunkan  sedikit demi sedikit , apalagi dengan tiras yang tinggi para pemasang iklan sungguh sangat terpuaskan. Tiap kecamatan harus ada agen yang ulung sehingga bisa menguasai dan mengatur penghantaran koran ke titik lokasi pelangan dengan cepat dan tidak terlalu siang. Apapun bisa dilakukan karena hampir semua desa sudah bisa terjangkau dengan transportasi.

Harapan mulia,

Dengan empat cara atau banyak lagi yang bisa ditambahkan oleh pihak manajemen, penulis yakin harapan ini bisa menjadi kenyataan, karena peribahasa mengatakan jika ada kemauan pasti ada jalan. Semua pihak harus merasa mempunyai koran ini, bukan saja hanya sebagai pekerja tetapi disuatu saat yang tepat bisa saja private enterprise ini akan menjadi members enterprise atau lebih luas menjadi public enterprise.hingga perkembangan perusahaan akan berdampak sangat positif bagi wartawan karyawan dan pihak-pihak yang peduli dengan usaha persurat kabaran ini.

Penulis bayangkan, ditahun depan bila  matahari terbit di ufuk timur kita melihat Suara Medekah sudah ditangan pembaca dibaca sambil menikmati secangkir kopi, melihat berita sebelum beraktivitas pada hari itu. Semua orang sepagi mungkin sudah mengetahui apa yang dimuat koran dan juga mengetahui beberapa jadwal yang bisa menunjang kegiatan mereka  sehari-hari. Mungkinklah hal ini terjadi semua terpulang kepada penentu kebijakan di perusahaan yang cukup sudah tua ini. Semula hanya angan-angan kemudian akan menjadi kenyataa. Sebuah harapan yang mulia didepan mata. Semoga.

   
M.SYAHRI NURWAHAB
Pegiat Forum Penulis Kebumen.

Rita yang malang seri 2 ( sebuah cerita pendek )

RITA YANG MALANG ( Bag. 2 )
oleh Syahri Wahab pada 03 Oktober 2010 jam 9:35

Namanya Mayorita Sumadi, usianya baru diatas 40 tahunan. Wajah manis,badannya gemuk tidak kuruspun bukan, hidung cukup mancung, orang bilang dia cantik, luwes, suaranya lantang nyaring. Pembawaannya supel, ramah , sopan terhadap sesama baik atasan ataupun bawahan serta sahabat kenalannnya. Sumadi adalah nama kekasih atau yang sekarang menjadi suaminya, usia sekitar 50 tahun. Konon dahulu sebenarnya Rita tidak begitu mencintainya, namun demi menghormati orang tua dia terpaksa melakoninya. Orang tuanya mempunyai keinginan agar Rita tidak sengsara di kemudian hari, karena Sumadi sudah menjadi pegawai negeri. Seiring berjalannya waktu cintanya tumbuh pelan-pelan hingga tumbuhlah hasil buah kasih 3 orang anak yang cukup manis, sehat dan juga berpendidikan cukup karena soaal biaya tidak menjadi problema. Dua puluh tahun lebih sudah Rita membina rumah tangga dengan Sumadi, cukup tampak bahagia, kemana saja bersama bergandengan tangan bagai tak mau pisah adanya.



Hingga pada suatu saat terjadilah sebuah perubahan, Sumadi yang tadinya gagah perkasa tak tahunya menurut dokter dia mengidap penyakit gula. Badannya pelan-pelan mengurus, tenagapun hilang. Wajah bertambah pucat dan setiap saat keringat dingin mengucur ke seluruh tubuhnya. Tentu saja dia mengambil langkah cepat berobat pada dokter ahli dengan harapan agar penyakintnya segera sirna, tetapi apa mau dikata, karena diabetes termasuk penyakit yang sulit sembuh maka walau sudah berbulan tahun diobati, bukannya sembuh malah sebaliknya. Sekarang sudah pada tingkatan stadium berbahaya. Akhirnya dia menyadari bahwa penyakit datangnya tidak pernah diundang dan diusirpun tak mau segera pergi. Kini dia pasrah apa yang terjadi tetap dijalaninya sembari berobat kemana-mana. Namun dilubuk hati yang paling dalam dia merasa sangat iba karena fungsi organ sangat berkurang termasuk juga pemberian nafkah batin kepada isterinya. Padahal dia sangat tahu bahwa sang isteri masih sangat membutuhkannya. Menangis, menyesal mengapa dia dulu tidak bisa menjaga pola makan dan kurang olah raga sehingga tak terasa penyakit menumpuk sedikit demi sedikit hinga seperti sekarang ini. Sumadi mengiba-iba kepada Rita untuk bisa memaafkan dan memakluminya, walau dalam hati kecilnya dia tidak tega melihatnya.



" Mas apa tidak cari terapi alternantif saja." kata Rita pada suatu sore sambil minum teh bersama di beranda rumahnya." Boleh saja dimana kiranya dik " jawab Sumadi pelan. Lalu Rita menceritakan bahwa temannya memberitahukan dia ada tabib yang katanya sudah berhasil mengobati penyakit yang seperti itu. Singkat kata mereka berdua kemudian mendatangi tabib yang ditunjukkan teman. Beberapa kali sudah mereka berdua berobat kesana, sampai bosan dan lelah tapi belum ada perubahan. Hampir saja Sumadi putus asa kalau dia tidak ingat anak-anak dan Tuhannya, sedikit banyak dia juga termasuk orang yang rajin beribadah apalagi kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dengan masjid di kota itu.Hari demi hari dijalaninya dengan sabar, tawakal pasrah diri dengan Tuhan.Jika itu memang nasibnya Sumadi telah siap untuk menerima takdir apapun. Hanya memang dia selalu khawatir dibalik itu semua, masihkah Rita mencintainya.



Melihat demikian adanya Rita tidak kehilangan akal dia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan baik yang dari tugas kantor maupun kegiatan pribadi lainnya yang juga cukup menyita waktu dan tenaga. Dengan demikian dia bisa melupakan kesedihan yang dideritanya. Namun sebagai wanita pada umur sedemikian juga cukup berat menahan gejolak batin yang begitu menggebu dan datang tak kenal waktu, kerinduan yang mendalam, kehangatan kasih mesra bersama suami. Kalaulah dia tidak ingat anak-anak dan masyarakat sekitar, pastilah dia sudah mencoba melakukan sesuatu yang kurang semestinya. Jalan untuk itu sangatlah terbuka lebar apalagi secara diam2 kolega kantor ada juga yang memperhatikan dan peduli kepadanya. Diluar kantor pun beberapa kenalan secara tidak langsung seolah mengajak kearah sana. Dengan segala cara ditahannya kuat-kuat perasaan itu hingga kalaulah boleh bunuh diri sebagai jalan keluar dan tidak berdosa pastilash hal itu sudah lama dilakukannya.



Pada suatu hari melalui dunia maya dia bisa berkenalan dengan seorang pria yang lebih tua. Tampaknya orang tersebut bisa menjadi tempat mencurahkan rasa walau hanya dalam bahasa kias dan lambang. Karena kearifannya orang tua tersebut merasa bahwa Rita tampak begitu berani berkomunikasi dan mengemukakan masalah kepadanya berarti dia sedang dalam kesulitan. Orang tua tersebut akhirnya maklum dan memberinya bimbingan rohani untuk selalu tabah menjalani cobaan itu. Mereka berdua akhirnya bersahabat di dunia maya dengan cukup dekat, sering bercanda ria, saling menyanjung dengan berbagai sanjungan yang dilontarkan demi menghibur Rita yang malang.



( Tunggu seri berikutnya )

Rita yang malang ( sebuah cerita pendek )

RITA YANG MALANG...
oleh Syahri Wahab pada 04 Oktober 2010 jam 22:41

Dia memang cantik, cerdas dan juga berpunya. Sibuknya bukan main, hampir2 nggak punya waktu untuk keluarga. Teman lama pun hampir saja dilupakan apalagi teman2 yang baru nyaris diabaikan. Maklum hidupnya untuk kerja, kerja dan kerja. Kerja mengendalikan dia bukan sebaliknya. Sedetikpun tak terlewatkan kecuali untuk kerja,berkegiatan sehingga siang dan malam penuh agenda.



Sesungguhnya, kepuasan kerja telah dinikmatinya. Ketemu rekan, sahabat, anak2, remaja dan wanita silih berganti bagaikan mesin kendaraan yang melalap BBM setiap harinya seperti minum air saja layaknya. Rutinitas menyita waktu sehingga dia kadang menjadi bingung apakah hidup ini akan seperti ini terus. Lelah, capai, ngantuk silih berganti badan bagaikan diremuk-remuk rasanya. Tapi bagaimana lagi semua harus dilakukan demi tugas dan sekaligus juga untuk melupakan derita yang diidapnya. Orang lain tiada yang tahu, semuanya tampak biasa2 saja bahkan dipandangan orang malah sangat istimenwa. Dia dibanggakan , dia dipujikan, dia dipuja disana-sini sebagai seorang yang penuh jasa. Memang istimewa.



Dibalik itu, setelah malam tiba, dia baru merasa untuk apa itu semuanya. Kalau keperluan diri sendiri ternyata tak bisa dipenuhi. Dia sebetulnya sepi ditengah keluarga. Sepi ditengah kegiatan, sepi ditengah keramaian. Menderita, menangis tapi mau kemana. Apa mau mengambil langkah. Langkah berat yang bisa saja mengagetkan orang dan keluarga, tapi kalau disimpan tetap dalam derita itu bagaimana. Gerangan apa kitranya langkah lanjutnya padahal keinginan telah meronta-ronta datang setiap saat apalagi bila sedang sendiri diruang kamar tidur dirumahnya, yang tampak hanya gambar foto dinding masa lalu yang justru tak terasa membuat air mata jatuh bercucuran, nelangsa sendiri. Ada seseorang yang dulu sungguh perkasa tapi sekarang semua telah berubah. Penyakit menghampirinya sehingga laksana mati didalam hidup. Dia kekasihanya, dia ayah dari anak2nya yang dulu penuh perhatian dan selalu memberikan kehangatan sepenuhnya, kini tak bisa.



Ketika terbangun dari tidur sorenya karena kelelahan seharian bekerja, dia menhampiri kekasihnya . " Gimana mas, apa sudah bisa ? ". Dengan pelan dan memelas sang kekasih menyahut serak. " Jangan ganggu aku tolong...aku belum bisa,maafkan aku sayang." Mendengar jawaban seperti itu, dia langsung menangis terisak, sedih, nelangsa menderita mulutnya berucap lirih. " Ya Allah sampai kapan aku harus begini, apakah aku kuat menjalaninya." Sesudah itu semalam suntuk dia tidak bisa tidur lagi, dunia tampak gelap... Sungguhl malang si Rita ..



( Seri berikut akan berlanjut )

Minggu, 26 September 2010

hari minggu di pasar minggu- jakarta

Hari minggu di PasarMinggu,
menyaksikan ponakan jadi penganten,
anak pertama adikku turunan bima
dapat lelaki turunan sunda
tak mengapa itu takdir yang kuasa
semua mereka tampak bahagia,
semoga Allah meridhoi-Nya
Barokallahu laka wa baroka 'alaika
wa jama'kuma fil khoir... amin

Jumat, 24 September 2010

Selingkuhan Suamiku Selebriti ( Sebuah Cerpen oleh : Sam Edy Yuswanto )

Selingkuhan Suamiku Selebriti

Sabtu, 3 Juli 2010 | 05:11 WIB (dimuat di Kompas.com)

Cerpen: Sam Edy Yuswanto - Anggota FPK

Perempuan itu terlihat begitu tegar sambil sesekali menyeka buliran bening yang meluncur pelan dari kedua sudut matanya yang terlihat kuyu. Ia tak banyak bicara lagi saat para wartawan memberondonginya dengan berjuta pertanyaan urusan pribadi rumah tangganya. Perempuan itu lelah. Lelah dengan tingkah suaminya, seorang pengacara, yang terjerat jalinan cinta terlarang dengan klien-nya sendiri, perempuan yang masih muda, cantik, selebriti papan atas, terpidana kasus narkoba yang kini meringkuk di jeruji besi. Dia juga lelah dengan pertanyaan-pertanyaan para wartawan yang terus menguntitnya kemana pun ia pergi.

“Mbak Dian, gimana perasaan anda saat mengetahui suami anda berpelukan dan berciuman mesra dengan Yuliana,” reporter perempuan berkaca mata itu mencegatnya saat Dian akan masuk mobilnya. “Iya, Mbak. Apakah Mbak Dian akan minta cerai?” tanya yang lainnya.

Ah! Pertanyaan itu lagi. Jenuh rasanya Dian harus menjawabnya. Tak ada yang perlu diklarifikasi lagi. Toh, semua stasiun televisi telah terang-terangan menayangkan adegan tak bermoral yang semestinya tak dilakukan oleh lelaki pengacara seperti suaminya. Pun kabar perselingkuhan yang akhir-akhir ini begitu santer dan jadi topik utama di setiap acara infotainment. Dan sepertinya, mereka, para awak media itu yang lebih tahu – mungkin lebih tepatnya sok tau – informasi mengenai prahara rumah tangganya.

“Maaf, saya buru-buru harus njemput anak saya,” gegas Dian merangsek maju sambil membuka cepat pintu mobil Inova-nya. Tapi para wartawan itu terus memburunya. Kini Dian baru tahu dan merasakan, kenapa para selebriti itu kerap emosi dan mengata-ngatai kotor para wartawan yang – menurutnya – kurang punya etika itu.

“Tapi, jawab dulu dong Mbak, pertanyaan saya, gimana perasaan Mbak saat sua…”“Maaf, Mbak. Saya pikir Mbak sudah tau jawabannya. Sekarang saya mau tanya, apakah Mbak sudah punya suami?” potong Dian cepat, sepertinya kesabarannya hampir khatam, seraya masuk ke dalam mobilnya.

“Iya, Mbak, saya sudah punya suami, anak saya malah dua,” jawab reporter berkaca mata itu.“Gimana reaksi dan perasaan Mbak, jika suami Mbak berciuman dengan perempuan lain di depan mata kepala Mbak sendiri,” kejar Dian.

Reporter perempuan itu terdiam sejenak, nampaknya sedang berfikir. Sepersekian detik berlalu.

“Ya, saya nggak bisa terima dong, Mbak, akan saya labrak perempuan jalang itu karena telah mengganggu rumah tangga orang,” ujar reporter itu tegas.“Nah, Mbak udah tau jawaban dari pertanyaan Mbak sendiri, kan?” pungkas Dian sambil menaikkan kaca jendela mobilnya. “Mbak, Mbak, sebentar, saya mau tanya lagi, apakah Mbak akan menuntut Yuliana yang telah menghancurkan rumah tangga Mbak Dian, Mbak, Mbak Dian, tunggu sebentar Mbak, Mbak!” reporter itu sepertinya masih belum puas menginterogasi lantas mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Dian.

Wush! Sayangnya mobil Inova itu telah melaju kencang, menyisakan kekecewaan di hati para wartawan infotainment yang tak pernah lelah memburu berita aktual dan penuh sensasi itu.

***

“Mas aku minta cerai,” Dian benar-benar sudah sampai pada puncak kesabaran sore itu.

Restu, suaminya tak bergeming, kaget pun tidak saat istrinya mengucapkan kata ‘cerai.” Pembawaannya begitu tenang, kalem, bak lelaki suci yang sama sekali tak pernah bersentuhan dengan perempuan lain kecuali istrinya sendiri. Huh! Dasar lelaki berdarah dingin, tapi kelakuannya sungguh tengik! Gerutu Dian diam-diam.

“Mas, kamu dengerin aku nggak, sih?” Dian muntab dengan sikap suaminya yang tanpa ekspresi.“Ya, terserah kamu sajalah, memangnya kamu mau makan apa setelah aku ceraikan nanti, hah?” tanyanya santai dengan kedua alis naik beberapa centi. Pembawaannya tetap kalem. Benar-benar Dian tak menyangka suaminya akan melontarkan kata-kata semacam itu.“Oh, jadi kamu pikir aku nggak bakalan bisa nyari duit setelah kamu ceraikan, begitu? Mas, aku sarjana ekonomi. Banyak kantor-kantor yang butuh tenagaku!” darah Dian mendidih.

Restu hanya menyeringai. Lalu…

“Sudahlah, tak usahlah kamu aneh-aneh, pakai minta cerai segala,” katanya enteng.“Apa? Kamu bilang aku aneh? Setelah melihat kamu berciuman di depan kamera para wartawan dengan perempuan jalang murahan yang sedang cari sensasi itu!” teriak Dian berapi-api.“Sudah kukatakan berulang kali, perempuan itu tak ada hubungan apa-apa denganku. Dia hanya klien-ku, tak lebih!” nada Restu mulai meninggi.“Sudahlah, Mas, kamu nggak usah berkelit lagi. Semua orang juga sudah tahu tingkah lakumu di luar sana!” sergah Dian lalu keluar kamar sambil membanting pintu keras-keras.

Di luar kamar, air mata Dian langsung mengurai deras, membanjiri kedua pipi mulusnya. Dian sungguh bingung, tak tahu lagi harus berbuat apa untuk mempertahankan rumah tangganya yang nyaris karam. Yang ia ingin hanyalah punya keluarga yang tenang, tanpa kehadiran orang ketiga. Padahal, sepengetahuannya, selama ini Restu adalah suami yang baik tak macam-macam saat di luar rumah.

Beberapa kali sudah suaminya menangani kasus para selebriti cantik-cantik yang tersandung masalah. Tapi baru kali ini ia tergoda oleh rayuan binal klien-nya sendiri. Sungguh, Dian tak habis pikir, perempuan macam apa klien-nya suaminya itu. Kemanakah nurani keperempuannya hingga ia begitu tega merebut suami orang? Bahkan perempuan bernama Yuliana itu blak-blakan bilang ke muka umum kalau ia benar-benar sayang dan cinta sama suaminya. Sepertinya cinta telah menggelapkan segalanya. Bahkan Yuliana terang-terangan bicara di depan umum kalau ia tak peduli lagi dengan cap ‘perebut suami orang’ yang kerap ditujukan padanya.

Sejujurnya dalam hati kecil Dian, ia sama sekali tak ingin bercerai dari suaminya. Seandainya suaminya terbukti selingkuh pun, dia akan mencoba memaafkan asalkan tak diulanginya lagi. Itu semua ia lakukan demi Nana, anak gadis semata wayangnya. Dian tak ingin Nana menjadi anak yatim, seperti dirinya, yang sedari kecil tak bisa merengkuh kasih sayang seorang ayah, karena ayah keburu meninggal saat ia baru berusia dua setengah bulan.

***

“Maa, tadi Nana lihat Papa ciuman dengan perempuan cantik di teve, perempuan itu siapa sih Maa, saudaranya Papa ya, kok Nana nggak kenal,” pertanyaan polos Nana malam itu sungguh membuat ulu hati Dian seperti tersilet-silet. Perih. Dian tak tahu, harus menanggapi bagaimana tentang pertanyaan Nana, anak gadis semata wayangnya yang baru kelas lima SD.

“Ma, kok diam saja, perempuan itu siapa sih, Ma,” tanya Nana lagi membuat kedua kelopak mata Dian langsung mengembun. Namun ia mencoba tetap tersenyum. Dia harus terlihat tegar di depan anaknya. Lalu, direngkuhnya pelan kepala Nana dan membenamkannya ke dalam pelukannya.

“Na, perempuan itu teman kerjanya Papa,” hanya itu yang terucap dari mulut Dian seraya mengelus-elus pelan rambut Nana.

“Kok Papa mesra banget sama teman kerjanya, Ma. Pakai peluk dan ciuman segala. Oh, iya Ma, tadi Nana dengar di teve, katanya Papa selingkuh. Selingkuh itu apa sih, Ma,” tanya Nana lebih jauh.

Oh, Tuhan! Sungguh Dian tak menyangka, kalau anak gadisnya akan melontarkan pertanyaan yang tak pernah Dian duga sama sekali. Dan kali ini, Dian tak kuasa lagi menahan butir-butir bening yang langsung menggenangi pelupuk matanya, mewakili jawaban atas pertanyaan anaknya. Kalau bukan karena Nana, tentu sudah sedari dulu ia melayangkan gugatan cerai pada suaminya dan melabrak perempuan laknat yang doyan menggoda suami orang itu di penjara.

***

Kebumen, 13 Februari 2010



Kunjungan FPK ke Suara Merdeka

Rencana kunjungan Forum Penulis Kebumen ke Suara Merdeka Insya Allah akan terlaksana karena Kamis pagi (23/9) kami, Ambijo, M.Syahri Nurwahab dan Sukron Makmun selaku Pengurus FPK telah menghadap Ass I / Bid. Pemerintahan Bapak H.Adi Pandoyo SH MSi, telah disepakati bahwa besok pada hari Rabu tanggal : 6 Oktober 2010, pemkab dapat menyediakan fasilitas sebuah bis lengkap dengan BBM serta pengemudinya untuk ke Semarang bersama beliau dan Mas Komper Wardopo.

Anggota yang diperkirakan ikut berjumlah 20 orang terdiri dari anggota aktif yang selalu hadir pada rapat-rapat / kegiatan FPK serta tidak lupa aktif juga menulis di media.

Semoga dengan kunjungan nanti akan menambah semangat menulis dan tahu persis proses pembuatan koran Suara Merdeka dan direncanakan pula sowan silaturahmi dengan Wakil Gubernur Ibu Dra. Hj. Rustriningsih MSi.

Semoga tiada aral melintang, kepada anggota untuk segera mendaftarkan diri pada Sdr. Sukron Makmun tanpa dipungut biaya apapun ( gratis ). Salam.

Jumat, 03 September 2010

API PERADABAN ISLAM SEHARUSNYA DINYALAKAN KEMBALI

API PERADABAN ISLAM SEHARUSNYA DINYALAKAN KEMBALI

“ Dengan sinar ilmu dan iman yang merujuk Al Qur’an dan As-Sunah yang merupakan api peradaban Islam, Sahabat Umar bin Khattab r.a dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mengembangkan pengaruh Islam ke beberapa negara sekitar Timur Tengah seperti, Mesir, Sudan, Ethiopia, Siria, Yordan, Libanaon, Quwait, Emirat Arab, Dubai, Irak, Iran dan lainnya dengan damai tanpa perlawanan. Kemudian sejak abad ke 7 sampai abad 15 selama 8 abad, Dunia Islam menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, cemerlang menjadi pelopor kemajuan zaman. Namun setelah umat Islam meninggalkan semangat sinar api peradaban Islam yang pernah jaya pada waktu itu, sekarang tinggal mendapatkan sisa-sisa abu peradaban. Yang tersisa justru tinggal pengaruh Yunani dalam bidang filsafat, Rumawi dalam bidang pemerintahan, India dalam bidang mistis sufiisme dan ilmu pengetahuan dari Barat, yang itu semuanya justru makin melemahkan keberadaan Islam” demikian penegasan Dr.Agung Danarto M.Ag dalam ceramah peringatan Nuzulul Qur’an yang diselenggarakan Majlis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kebumen malam Kamis lalu (25/8) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jl. Indrakila Kebumen.

Diawali sholat ‘isya dan tarawih bersama yang diikuti segenap pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda, Nasyiatul Aisyiah, Cabang dan Ranting , pejabat dan tokoh masyarakat serta umat Islam di Kebumen. Bertindak selaku imam Alif Muharrom S.Ag , guru MAN 2 Kebumen. Kemudian tepat pukul 20.00 acara peringatan Nuzulul Qur’an dimulai, diawali dengan bacaan ayat2 suci Al Qur’an oleh ustad Ridwan dan sekedar sambutan Ketua PDM yang diwakili oleh Drs. H.Abduh Hisyam yang mengharap agar anggota Muhammadiyah Kebumen dan juga para dermawan bersedia mengulurkan bantuannya untuk menyempurnakan fasilitas AC gedung Dakwah yang belum maksimal mendinginkan ruangan sehingga nyaman untuk penyelenggaraan kegiatan apapun.

Dr. Agung Danarto MAg, yang Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melanjutkan : Untuk menyulut kembali api peradaban Islam tiada lain, harus ada upaya keras terutama Pimpinan Muhammadiyah agar “ tafaquh fid din “ dengan jalan memahami, menghafal dan mengamalkan Al Qur’an sebagaimana dilakukan para sahabat pada zaman Rasulullah sehingga Islam akan mampu tumbuh berkembang memimpin dunia, Tidak menjadi umat terbelakang seperti yang terjadi sekarang ini. Saat ini kebanyakan baru pada tataran dapat membaca Al Qur’an secara harfiah, belum memahami, belum banyak hapalannya apalagi mengamalkannya. Sekali lagi Agung Danarto mengajak warga Muhammadiyah untuk benar-benar mau menyalakan api peradaban Islam dengan merujuk pada Al Qur’an dan As Sunah disaat Muhammadiyah mulai memasuki abad ke 2-nya, dimana peringatan 1 abad Muhammadiyah bersamaan dengan Muktamar di Yogyakarta baru saja diadakan bulan lalu.

Sementara itu Imam Romzan Fauzi S.Th.I dari MTDK-PDM menjelaskan bahwa dalam rangka bulan Romadhan tahun 1431 H ini, PDM menyelenggarakan kegiatan, antara lain jamaah sholat tarawih, buka bersama dan santunan sembako untuk kaum dhuaafa setiap hari Ahad serta kunjungan ke Cabang2 Muhammadiyah di Kebumen. Juga disampaikan bahwa malam Sabtu ini juga ada kegiatan peringatan Nuzulul Qur’an bertempat di Balai Kelurahan Panjer dengan pembicara Anang Rikza Mashadi Lc dari PP Muhammadiyah Yogyakarta.

M.Syahri Nurwahab
Candiwulan Rt 03 / 01
Kebumen 54351
HP : 085291063692

PUASA BERSAMA BUPATI BARU

PUASA BERSAMA BUPATI BARU
Oleh M.Syahri Nurwahab

Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang datang setiap bulan ramadhan sebagai bulan uji raga dan jiwa untuk menguatkan iman bagi pelakunya.

Kebumen tahun ini ada fenomena lain bahwa datangnya bulan puasa beriringan dengan dilantiknya Bupati Winarso SE dan wakilnya Djuwarni A.Md Pd, 26 Juli yang lalu. Tampaknya akan ada suasana baru , bila terdahulu pendopo dihuni oleh seorang bupati yang kyai, ulama, sekarang ini pendopo dan masjid agung bakal menjadi ajang puasa bagi bupati baru yang berasal dari kalangan saudagar.

Penulis berasumsi bahwa Ramadhan kali ini akan lebih bernuansa bisnis karena pada umumnya bulan puasa adalah bulan dagang dalam arti luas. Dagang pertama kita semua mencoba “membeli” surga dan kebajikan dengan tiket puasa, keprihatinan, kesederhanaan dan pengendalian diri. Dagang kedua adalah semua pihak seolah ingin “menjual” apa saja demi mendapat keuntungan untuk persiapan lebaran yang biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit, ada baju baru, sarung baru, peci baru bagi kaum adam.Jilbab baru, baju muslimah baru, serta isi toples yang akan disajikan dimeja tamu bagi kaum hawa. Sehingga semua tampak berlomba dagang dalam suasana berpuasa yang berharap untung di dunia dan akhiratnya.

Padahal sesungguhnya berpuasa itu berarti mengekang semua hasrat yang bisa menjerumuskan pada sifat-sifat kebinatangan yang rakus, tidak pernah rukun dan tidak tahu malu dari mulai imsak sampai terbenamnya matahari. Ingin menang sendiri, ingin benar sendiri dan ingin selalu mengalahkan pihak lain dengan segala kelicikannya merupakan sifat naluri binatang yang seharusnya tidak usah disandang bagi pelaku puasa.

Akankah puasa kita bisa mencapai tujuan sebagaimana difirmankan Allah dalam Surah Al Baqarah 183, yang intinya kita semua berpuasa agar menjadi orang yang takwa. Ataukah puasa kita akan sama dengan tahun lalu yang tidak berdampak positif, karena ternyata LP Kebumen dan kantor polisi masih penuh sesak dengan orang-orang yang diduga bersalah karena melakukan kejahatan yang keluar dari garis ketakwaan.

Kalau dilihat secara fisik malam-malam bulan puasa sungguh sangat mengesankan. Masjid, musholla penuh sesak orang bertarawih, kantor pemerintah, kampus, sekolahan juga tidak mau ketinggalan menggelar kegiatan buka bersama, tarawih, tadarus dan pengajian. Radio dan TV pun gegap gempita menyiarkan acara yang bernuansa puasa. Hampir-hampir tiada ruang kosong tanpa simbul “kepuasaan”. Semua berhidmat satu tujuan bulan ramadhan harus diisi kegiatan positip, sehingga betul-betul syaitan telah terbelenggu adanya.

Namun anehnya dengan tidak sadar dibulan suci ini, ada kebiasaan yang bertentangan dengan niatan awal berpuasa. Coba lihat jika sore menjelang berbuka semua toko, warung, penjual makanan seolah diserbu pembeli yang sebetulnya dirumah masing-masing mereka telah menyiapkan cukup makanan untuk berbuka, namun karena menuruti nafsu justru mereka malah berbelanja melebihi kebutuhan yang semestinya.

Harapan Baru.

Jika niat puasa yang benar telah dipahami bersama, bagaimana kiranya Bupati kita yang baru dapat memberi contoh dengan anjuran berbuka seadanya, kalaupun ada kelebihan uang atau makanan segeralah diberikan kepada kaum fakir, dhuafa yang sebenarnya cukup banyak disekitar kita. Karena kita umat paternalis, alangkah baiknya bila himbauan dan contoh dari beliau bukan sebagai alat pencitraan tetapi berupa ketulusan, kesederhaan apalagi orang tahu bahwa Bupati kita berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, miskin dan “nelangsa”. Jika sekarang menjadi bupati karena diberi rejeki berlimpah dari Tuhan bukan berarti apa yang dimiliki harus dimubazirkan dengan acara dan kegiatan yang kurang ber-empati kepada kaum papa. Alangkah naifnya bila makin tinggi derajat seseorang makin lupa dengan asal-usul, makin kaya seseorang makin lupa bersyukur, makin terkenal seseorang makin menjauh dari teman, padahal niat puasa adalah membentuk jiwa lebih baik, lebih perasa dan lebih peduli sesama. Janganlah puasa hanya menjadi perilaku “wadag” tanpa ada perubahan etos batin untuk selalu ingat kepada rakyat yang kurang gizi, kurang makan, kurang biaya pendidikan, tidak bisa membayar ongkos rumah sakit , mereka yang terlantar hidup mengemis dan menggelandang. Dan janganlah puasa malah makin konsumtif, makin mengumbar nafsu jika malam hari tiba, puasa tambah boros. Bahkan semua jadi tidak sadar untuk apa mereka berpuasa.

Harapan baru yang lain kepada Bapak Bupati semoga puasa tahun ini sejak awal hingga akhir bulan tidak terdengar suara mercon yang sangat mengganggu dan juga warung-warung tidak buka selama bulan puasa kecuali bagi pengusaha non muslim. Sehingga akan tampak suasana baru berpuasa dengan Bupati baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebetulnya umat juga sepakat bila Ramadhan ini dijadikan bulan pelatihan peningkatan mutu bathin bukan menjadi bulan pemborosan.



M.Syahri Nurwahab
Pegiat Forum Penulis Kebumen

Candiwulan Rt 03 / 01
Kebumen 54351 – Rek. Danamon No. 95436101

YANG LAIN BMT, MUHAMMADIYAH DIRIKAN BTM

Yang lain BMT, Muhammadiyah Dirikan BTM

Dalam kegiatan rutine Ahad ke 3 tiap bulan yang bulan ini jatuh tanggal 18 Juli 2010, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen menyelenggarakan pengajian yang diikuti anggota dan simpatisan Muhammadiyah se Kabupaten bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyyah Jl. Indrakila Kebumen.

Tausiyah dan kajian diisi oleh Ketua PDM KH Mudhofir BA yang menekankan bahwa umat islam pada umumnya baru senang berkumpul tapi belum senang dan belum bisa berbaris. Beliau menyampaikan andaikata saja umat islam yang sudah sangat gandrung berkumpul, dimana-mana bila ada acara yang berbentuk seremoni apalagi yang berbentuk ibadah berduyun-duyun mereka menghadiri dan mengikutinya mau untuk menyusun barisan dibawah satu komando dengan aba-aba yang jelas dan yang pasti harus patuh pada komandan pastilah keberhasilan umat dalam segala bidang akan tampak nyata. Kita tidak menutup mata bahwa jumlah umat islam besar tapi tampaknya prestasinya kecil karena tidak pernah berbaris dengan baik.

Oleh karenanya, prihatin dengan keadaan umat, PDM Kebumen di tahun terakhir masa bhakti / hidmat-nya ( 2005 -2010 ) mencoba untuk menyusun barisan umat dalam sektor ke-ekonomi-an dengan mendirikan BTM bukan BMT. BTM adalah singkatan dari Baitul Tamwil Muhammadiyah bukan baitul maal wa tamwil sebagaimana yang sudah muncul dimana-mana. Kenapa beda, karena Muhammadiyah telah memiliki Baitul Maal secara permanen dengan sebutan LAZIS (Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh) Muhammadiyah yang ada disemua tingkatan kepemimpinan dari Pusat sampai Ranting. BTM ini dimaksudkan untuk mentasharufkan sebahagian hasil dari Lazis untuk ekonomi produktif membantu pengusaha / pedagang ekonomi lemah ( Pegel ) diantara anggota dan umat islam pada umumnya. Disamping modal awal dari hasil Lazis tercatat beberapa pengusaha di Kebumen yang sudah siap berjuang membantu permodalan BTM Muhammadiyah.

Dalam kesempatan acara pengajian yang selalu dimulai pukul 06.00 dan diakhiri pukul 07.00 disaksikan para jamaah telah dilantik pula kepengurusan BTM dengan SK No. 053/Kep/III.0/D/2010 tertanggal 17 Juli 2010 s.b.b ; Penasihat/Pengwas Syar’i Ketua Majlis Tarjih, Pengawas Operasional Ketua Majlis Ekonomi & Kewirausahaan, Ketua Drs.H Bambang Hudrayanto Nasa Msi, Ketua II HM Abduh Hisyam S.Ag., Sekretaris H Romelan S.Ag, Bendahara I Halim Darmawan SH, Bendahara II Milyono SH, Anggota : Ir.H Sumanto, H. Slamet Jumadi, H Sukamto SE, Drs Slamet Budiono, Ir H Jarot dan H Abdul Rois.

Mereka adalah para tokoh yang sudah berpengalaman dalam Bank Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Kemasyarakatan sehingga diharapkan akan mampu berbuat maksimal penuh waktu karena banyak yang telah purna tugas. Sebelum bulan Ramadhan,setelah dilengkaspi dengan Manajer Operasional dan staff kantor yang profesional diharapkan BTM sudah bisa melayani umat dalam menghadapi prepegan menjelang Lebaran (ms)

Selasa, 10 Agustus 2010

ULANG TAHUN FORUM PENULIS KEBUMEN KE-1

* Resepsi Sederhana HUT FPK
Turiyo Baca Geguritan, Sam Edy Baca Puisi

MESKI dikemas sederhana, Hari Ulang Tahun ke-1 Forum Penulis Kebumen (FPK) Minggu (8/8) kemarin, terasa grengseng. Betapa tidak, sejumlah penulis, cerpenis dan sastrawan asal Kebumen untuk kali pertama bisa berkumpul, berdialog dan saling adu apresiasi.
Menurut Ketua Panitia M Syahri Nurwahab, ibarat bayi yang baru berusia setahun, biasanya disambut dengan ritual sederhana potong tumpeng dan sekadar lauk sayur kluban atau disebut among-among. Namun kehadiran sekitar 30 anggora forum penulis tersebut menambah suasana makin gayeng.
Apalagi dari kalangan pejabat hadir Asisten Pemerintahan Sekda H Adi Pandoyo SH MSi mewakili bupati dan Kabid Administrasi Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan Dinas Dikpora Muh Rosyid SPd MMPd. Kegiatan tersebut digelar di ruang tengah kediaman Ketua FPK Ambijio, Jl HM Sarbini 40, Kebumen.
Setelah sederet pidato, tibalah saatnya para penulis dan sastrawan lokal Kebumen yang terbiasa berkarya dan menulis, kali ini didapuk membaca karya sastra. Diawali penampilan cerpenis yang produktif dan tengah naik daun, Sam Edy Yuswanto. Anggota FPK yang karyanya terus muncul di berbagai media cetak itu membacakan puisi "Pesta" karya Na Lesmana.
Pemuda berpembawaan kalem tersebut tampil mengawali pagelaran FPK. Selanjutnya seorang aktivis FPK anak desa asal Pejagoan, Mujiono, ganti unjuk gigi membaca cerpen "Tahlilan vs Rokok" karya Sam Edy Yuswanto. Uniknya, pemuda yang rajin menulis surat pembaca di berbagai media itu membaca cerpen mengenakan sarung cekak, sandal dan kaus kaki serta peci yang telah lusuh.
Aplaus hadirin pun terus menggema tatkala pembawa acara memberitahu Mujiono hanya tamatan SMP Terbuka. Namun selama ini memiliki daya baca lumayan bagus dan sering menulis surat pembaca dan gagasan di kolom surat pembaca."Dia pernah mendapat tanda mata bagus dan menarik dari koran nasional dan radio hanya dari nulis surat pembaca,''jelas Sukron Makmun, yang dikenal jago menulis wacana lokal.
Giliran sastrawan Jawa kebanggaan Kebumen, Turiyo Ragilputo, siang itu tak mau kalah didapuk tampil membacakan geguritan karyanya, "Ironi Kamardikan". Dengan penuh penghayatan, Turiyo yang pernah meraih penghargaan "Rancage" dari Ayip Rosidi itu tampil secara ekspresif membaca geguritan yang ia gubah tahun 1999.
Memberi Pencerahan
Menurut Ambijo, meski baru berdiri setahun, tepatnya 9 Agustus 2009, FPK telah memiliki anggota 36 orang. 40 persen dari mereka telah berkarya atau setidak-tidaknya menulis surat pembaca, wacana lokal, puisi, artikel hingga cerpen di media massa. Kegiatan lain selama ini yakni mendatangkan para penulis dan anjang sana ke penulis ternama untuk belajar.
Ambijo menyatakan, pihaknya ingin agar para penulis Kebumen terus berkarya. Sebab, lewat berbagai karya itu diharapkan bisa memberikan inspirasi dan pencerahan bagi masyarakat. Lagipula FPK juga ikut menumbuhkan minat baca dan menumbuhkan budaya menulis masyarakat sebagai salah satu kontribusi terhadap bangsa dan negara, khususnya di Kebumen.
Muh Rosyid menyambut baik kegiatan FPK. Bahkan ia berharap para guru se Kebumen yang berjumlah ribuan orang bisa bekerja sama dan mau belajar ke FPK supaya mereka bisa menulis. Sebab selama ini para guru sering menemui kendala saat akan menulis karya ilmiah sehingga banyak yang macet sampai golongan IVA.
Bupati H Buyar Winarso SE dalam sambutan tertulis disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Adi Pandoyo menaruh apresiasi kepada para penulis Kebumen. Sebab mereka selama ini mampu menggali bakat penulisan dan berkarya di bidang karya tulis. Para penulis itu merupakan salah satu aset daerah dalam ikut mewarnai dinamika Kebumen.
Bupati pun mengakui, karya tulisan para penulis selama ini akan menjadi amal jariyah yang abadi dan karyanya akan terus bermanfaat bagi orang banyak. Apalagi bila tulisan dimuat di media cetak dan internet, memiliki jangkauan lebih luas, dan tulisan tersebut pasti lebih berkesan. Bahkan bisa membentuk opini publik.
"Pak Bupati titip salam kepada para penulis. Pemkab pun siap bekerja sama dengan para penulis untuk bersama-sama memban* Resepsi Sederhana HUT FPK
Turiyo Baca Geguritan, Sam Edy Baca Puisi

MESKI dikemas sederhana, Hari Ulang Tahun ke-1 Forum Penulis Kebumen (FPK) Minggu (8/8) kemarin, terasa grengseng. Betapa tidak, sejumlah penulis, cerpenis dan sastrawan asal Kebumen untuk kali pertama bisa berkumpul, berdialog dan saling adu apresiasi.
Menurut Ketua Panitia M Syahri Nurwahab, ibarat bayi yang baru berusia setahun, biasanya disambut dengan ritual sederhana potong tumpeng dan sekadar lauk sayur kluban atau disebut among-among. Namun kehadiran sekitar 30 anggora forum penulis tersebut menambah suasana makin gayeng.
Apalagi dari kalangan pejabat hadir Asisten Pemerintahan Sekda H Adi Pandoyo SH MSi mewakili bupati dan Kabid Administrasi Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan Dinas Dikpora Muh Rosyid SPd MMPd. Kegiatan tersebut digelar di ruang tengah kediaman Ketua FPK Ambijio, Jl HM Sarbini 40, Kebumen.
Setelah sederet pidato, tibalah saatnya para penulis dan sastrawan lokal Kebumen yang terbiasa berkarya dan menulis, kali ini didapuk membaca karya sastra. Diawali penampilan cerpenis yang produktif dan tengah naik daun, Sam Edy Yuswanto. Anggota FPK yang karyanya terus muncul di berbagai media cetak itu membacakan puisi "Pesta" karya Na Lesmana.
Pemuda berpembawaan kalem tersebut tampil mengawali pagelaran FPK. Selanjutnya seorang aktivis FPK anak desa asal Pejagoan, Mujiono, ganti unjuk gigi membaca cerpen "Tahlilan vs Rokok" karya Sam Edy Yuswanto. Uniknya, pemuda yang rajin menulis surat pembaca di berbagai media itu membaca cerpen mengenakan sarung cekak, sandal dan kaus kaki serta peci yang telah lusuh.
Aplaus hadirin pun terus menggema tatkala pembawa acara memberitahu Mujiono hanya tamatan SMP Terbuka. Namun selama ini memiliki daya baca lumayan bagus dan sering menulis surat pembaca dan gagasan di kolom surat pembaca."Dia pernah mendapat tanda mata bagus dan menarik dari koran nasional dan radio hanya dari nulis surat pembaca,''jelas Sukron Makmun, yang dikenal jago menulis wacana lokal.
Giliran sastrawan Jawa kebanggaan Kebumen, Turiyo Ragilputo, siang itu tak mau kalah didapuk tampil membacakan geguritan karyanya, "Ironi Kamardikan". Dengan penuh penghayatan, Turiyo yang pernah meraih penghargaan "Rancage" dari Ayip Rosidi itu tampil secara ekspresif membaca geguritan yang ia gubah tahun 1999.
Memberi Pencerahan
Menurut Ambijo, meski baru berdiri setahun, tepatnya 9 Agustus 2009, FPK telah memiliki anggota 36 orang. 40 persen dari mereka telah berkarya atau setidak-tidaknya menulis surat pembaca, wacana lokal, puisi, artikel hingga cerpen di media massa. Kegiatan lain selama ini yakni mendatangkan para penulis dan anjang sana ke penulis ternama untuk belajar.
Ambijo menyatakan, pihaknya ingin agar para penulis Kebumen terus berkarya. Sebab, lewat berbagai karya itu diharapkan bisa memberikan inspirasi dan pencerahan bagi masyarakat. Lagipula FPK juga ikut menumbuhkan minat baca dan menumbuhkan budaya menulis masyarakat sebagai salah satu kontribusi terhadap bangsa dan negara, khususnya di Kebumen.
Muh Rosyid menyambut baik kegiatan FPK. Bahkan ia berharap para guru se Kebumen yang berjumlah ribuan orang bisa bekerja sama dan mau belajar ke FPK supaya mereka bisa menulis. Sebab selama ini para guru sering menemui kendala saat akan menulis karya ilmiah sehingga banyak yang macet sampai golongan IVA.
Bupati H Buyar Winarso SE dalam sambutan tertulis disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Adi Pandoyo menaruh apresiasi kepada para penulis Kebumen. Sebab mereka selama ini mampu menggali bakat penulisan dan berkarya di bidang karya tulis. Para penulis itu merupakan salah satu aset daerah dalam ikut mewarnai dinamika Kebumen.
Bupati pun mengakui, karya tulisan para penulis selama ini akan menjadi amal jariyah yang abadi dan karyanya akan terus bermanfaat bagi orang banyak. Apalagi bila tulisan dimuat di media cetak dan internet, memiliki jangkauan lebih luas, dan tulisan tersebut pasti lebih berkesan. Bahkan bisa membentuk opini publik.
"Pak Bupati titip salam kepada para penulis. Pemkab pun siap bekerja sama dengan para penulis untuk bersama-sama membangun Kebumen.Salah satu keinginan Pak Bupati, Pemkab ingin menerbitkan Majalah dan anggota FPK bisa mengisinya." tandas Adi Pandoyo yang secara spontan siap memfasilitasi dengan bus Pemkab untuk studi banding bagi anggota FPK (B3-69)

....dimuat Suara Merdeka, Seninn 9 Agustus 2010.....hal. J - Merapi

PERTEMUAN FPK DENGAN BUPATI KEBUMEN

MENGUNDANG BUPATI: Pengurus Forum Penulis Kebumen M Syahri Nurhawab diterima Bupati H Buyar Winarso SE di Rumah Dinas Jl Mayjen Sutoyo.

* Hut Ke-1 FPK Undang Bupati
"Berjuang Lewat Pena, Tak Kalah Terhormat"

KEBUMEN - Forum Penulis Kebumen (FPK) yang menghimpun para penulis surat pembaca, artikel, wacana lokal, cerpen serta puisi, Rabu (4/8) lalu diterima Bupati Kebumen H Buyar Winarso SE di Rumah Dinas Jalan Mayjen Sutoyo.
Dalam kesempatan itu FPK didampingi Sekretaris Dinas Inforkomtel Drs Farid Maruf menyampaikan selamat atas terpilihnya pasangan H Buyar Winarso dan Djuwarni AMdPd sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kebumen 2010-2015. Sejak awal FPK bersikap netral dan telah berniat, siapa pun yang terpilih sebagai bupati Kebumen akan segera beraudiensi menyampaikan selamat.
Beberapa aktivis FPK yang diterima Bupati antara lain Ambijo (ketua) M Syahri Nurwahab (wakil ketua), Komper Wardopo (penasihat), Udji Priyatno (bendahara), dan Syukron Makmun (sekretaris). Pada kesempatan itu FPK juga menyampaikan undangan kepada Bupati Buyar Winarso (BW) agar bisa hadir pada Ulang Tahun Pertama Minggu, 8 Agustus mendatang, di kediaman Ambijo Jl HM Sarbini.
Bupati BW menyambut baik terbentuknya FPK. Apalagi selama ini FPK telah berkarya lewat tulisan. Menurut Bupati, berjuang lewat pena tidak kalah terhormat dibanding profesi lain. Apalagai tulisan yang diungkap para anggota FPK berisi curah gagasan, wacana, artikel serta karya sastra. "Hasil karya tulisan baik artikel dan karya sastra teman-teman FPK juga mengandung nilai-nilai pendidikan. Anak saya pun penggemar karya sastra. Saya mendukung kegiatan FPK untuk mencerahkan masyarakat Kebumen, dan ini kontribusi yang sangat positif,''tandas bupati yang berlatar belakang pengusaha itu.
Budaya Membaca
Buyar juga menyatakan salut atas kreativitas dan produktivitas para penulis Kebumen. Ia berpikir, untuk bisa menulis harus memiliki bekal membaca. Karena itu dia mengajak masyarakat membudayakan membaca. Bidang pendidikan pun harus digarap serius dan FPK bisa mewarnai serta memberi kontribusi lewat karya tulisan.
M Syahri Nurwahab yang juga ketua panitia Hut FPK menyatakan, pada ulang tahun pertama di Taman Bacaan Masyarakat Sanggar Candra Buana Jl HM Sarbini akan diisi acara sederhana refleksi forum penulis. Pihaknya mengundang bupati untuk hadir. Dukungan dana kegiatan tersebut datang dari para simpatisan dan tokoh masyarakat nonpartai. Termasuk dari seorang abang becak yang terbiasa membaca surat kabar.
Ambijo menjelaskan, FPK saat ini memiliki anggota sekitar 30 penulis. Kegiatan yang dilakukan di antaranya mengelola perpustakaan, menulis di berbagai media cetak lokal dan nasional, mengadakan diskusi dan pelatihan penulisan sastra, serta mengadakan pertemuan rutin setiap bulan.
Menurut Sukron Makmun, salah satu anggota FPK Sam Edy Yuswanto, tergolong penulis cerpen produktif. Bahkan telah menerbitkan buku. Tulisan anggota FPK itu tersebar di media massa, di Suara Merdeka dalam bentuk surat pembaca, artikel dan wacana lokal, di harian Kedaulatan Rakyat, Radar Banyumas, Kompas, Republika dan media lainnya.(B3)

....dimuat Suara Merdeka Jum'at,6 Agustus 2010....

Minggu, 01 Agustus 2010

ULANG TAHUN FPK

Ulang tahu FPK diselenggarakan hari Ahad 8 Agustus 2010, bertempat di kantor JL> HM Sarbini 40 Kebumen dgn acara s.b.b :
Pembukaan, Sambutan Panitia, Sambuta Ketua FPK, Sambutan PWI Kedu, Baca Puisi, Cerpen dan Geguritan, Sambuta beliau BPK BUPATI Kebumen, Hidangan Kasidah, Forum Saran Pendapat, Penutup..dilanjut hiburang organ tunggal....dari anggota.

Kamis, 22 Juli 2010

BLT Kenapa Mesti Ribut

* Suara Remaja
Wacana
22 Juni 2008
GAGASAN
Mengapa BLT Mesti Ribut
BLT yang diberikan kepada rakyat miskin kenapa harus menjadi rebut. Mestinya malah bersyukur karena pemerintah memberi bantuan langsung kepada rakyat sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Di samping itu ada beras miskin, askeskin dan program pengentasan kemiskinan berupa PPK, P2KP, PNPM dan sebagainya. Banyak orang tidak tahu mengapa BLT menjadi ribut. Tahunya pemerintah cq BPS salah. Saya sampaikan fakta, waktu pendataan awal tentang siapa yang dikatagorikan keluarga miskin pada Agustus 2005, umumnya petugas sensus yang dilakukan oleh mitra sensus/pamong desa tidak paham dan tidak mau tahu serta tidak bertanggung jawab.

Mereka tidak paham siapa yang dianggap miskin karena hanya terpengaruh kondisi tempat rumah tinggal, keadaan pangan dan yang tampak dari luar. Hal ini diperkuat data sebelumnya yang ditampilkan Puskesmas dan PLKB masing-masing wilayah. Datanya memang mentah tentang keluarga miskin. Tragisnya, inilah yang menjadi data nasional bahwa penduduk miskin hanya 16 %.

Padahal data ini tidak valid. Namun berhubung petugas sensus kurang kritis dalam pengajuannya sehingga mereka hanya mengopi data terdahulu. Akibatnya fatal. Lain halnya desa saya di mana kebetulan saya selaku mitra sensus sudah punya data awal tahun 2003 tentang siapa yang dikatagorikan keluarga miskin. Saya telah ”memotret” kemiskinan menurut sudut pandang yang nyaris hampir sama dengan apa yang tertera dalam BPS dengan 14 kriterianya. Titik fokus kemiskinan ditentukan oleh pendapatan perkapita/hari dalam keluarga sehingga kebutuhan fisik minimum bisa terpenuhi secara wajar. Juga kebutuhan nonfisik seperti kesehatan dan pendidikan dijamin kecukupan biayanya.

Persis sama dengan rumusan BPS dalam Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005, tertulis bahwa keluarga /rumah tangga yang diduga miskin adalah mereka yang sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari (pangan, kesehatan, pendidikan). Di sinilah kesalahan fatal para pendata. Mereka hanya mencatat miskin dari aspek pangan. Padahal kalau masalah pangan, hampir semua penduduk bisa rnakan ( 84 % ). Sedangkan aspek pemenuhan kebutuhan kesehatan dan pendidikan, rakyat 75% masih miskin dan ini yang menjadi kontroversi. Bukan pemerintah yang salah tapi petugas desa yang kurang jeli dan tak realistis.

Nasi sudah menjadi bubur. Desa saya aman dan dari pengajuan 80 % keluarga miskin, yang lolos 75 % sebagai penerima BLT, raskin dan askeskin. Orang bijak bilang, bertepuk air didulang terpercik muka sendiri. Kesalahan sendiri jangan ditimpakan pada orang lain. Sampai kades, bupati dan gubernur rame-rame menolak BLT gara-gara kekeliruan aparatnya sendiri dalam penyajian data.

MS Nurwahab (085291063692)
Sekdes Candiwulan, Kebumen

Selasa, 15 Juni 2010

TAKDIR

TAKDIR
Bagikan
01 Mei 2010 jam 22:44
Aku tak pernah menyalahkn takdir
Ini semua kuasaNya
Akupun takan memaksa tuk menjawabnya
karena tak mungkin dapat terjawab

Langit hanyalah sebagai saksi
Begitupun laut, dan buihnya
Akupun tetap merayap dalam gelap
Meskipun berjalan tertatih-tatih

Tampa tongkat dan lentera
Aku berjalan terseok-seok
Terkadang aku bingung dan limbung
Kemana akan kutuju

Aku ingin berlari
Mengejar kapal untuk berlayar
Tapi ombak menerjangku
Melemparkarku hingga jauh ketepi pantai

Aku terkulai lesu
Menatap kapal jauh melaju
Akupun menangis sendu
Ini memang takdirku

Masih adakah hari esok untukku?

Minggu, 13 Juni 2010

Curhatku

by : Wiwin Winarsih - Bandung
dated : 13 April 2010 jam 17:21

Kulalui hidup ini............
Kuarungi hidup ini sendiri...........
Kuhadapi kepedihan inipun sendiri..........
Tampa bisa kumengadu.........
Tampa bisa kumengeluh...........
Dan kutangisi nasib inipun sendiri

Tiada teman yg dapat kuajak bicara
Tiada teman yang dapat kuajak berbagi
Mungkin ini sudah nasibku..........
Mungkin ini sudah takdirku.........
Semua beban hidup ini kutanggung sendiri
Semua derita ini kurasakan sendiri

Kurasa kini aku lelah sudah
Sekian lama hidup dalam duka
Sekian lama hatiku terluka
Sekian lama air mataku terus menetes
Tampa ada satu penyelesaian
Tampa ada satu keputusan

Haruskah aku terus begini?
Dimana nuranimu?
Dimana perasaanmu?
Apakah kau tlah buta?
Apakah kau tlah tuli?
Mengapa kau tak punya hati?

Ya Alloh kapankah semua ini kan berakhir?

Satu Miliar Berkah Bagi Desa

Satu Miliar Berkah Bagi Desa
Oleh M.Syahri Nurwahab

Orang bergemas ria mendengar guliran angka fantastis dari Senayan 15 M untuk daerah pemilihan (dapil) dan 1 M untuk tiap desa. Sebagai trik politik usulan Golkar betul-betul mengena, semua tertarik semua mengkritik padahal semua belum pernah menelisik.

Terlepas dari semuanya karena penulis asli orang desa dan telah beberapa saat berada di pemerintahan desa membaca angka itu tidak heran dan kaget lagi karena hal itu khususnya dana desa 1 M pernah dilemparkan ke publik dua tahun yang lalu.Lontaran ini disampaikan oleh saudara kita Sudir Santoso SH Kepala Desa Winong Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati selaku Ketua Parade Nusantara ( Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa Nusantara).

Dia berpendapat bila desa hanya dikucuri dana katakanlah rata-rata sebesar 100 juta rupiah setiap tahunnya seperti sekarang ini kapan desa akan bangkit, apalagi maju. Dengan dana sebesar itu kenyataannya dan terbukti desa tampak belum berubah banyak dan dapat dikatakan masih seperti yang dulu. Dengan aturan yang boleh dipergunakan untuk pembangunan phisik hanya sebesar 70% nya hal ini lebih mempersempit volume pembangunan yang bisa dilakukan oleh desa. Tuntutan Parade Nusantara mengharapkan bantuan untuk desa adalah 10% dari APBN setiap tahunnya. Jika tahun 2010 APBN-P sebesar Rp. 1.104,6 T mestinya alokasi dana desa (ADD) mendapat kucuran Rp, 110,46 T. Menurut BPS desa di Indonesia saat ini 62.806 desa, kalau hanya mendapat rata-rata bantuan 100 juta berarti baru Rp. 6,280 T atau hanya 0,57% dari APBN sangat jauh dari angka 10%.

Seharusnya rakyat desa maupun kota semua sepakat yang perlu disejahterakan dan dimakmurkan adalah desa, karena sumber segalanya berada didesa. Namun selama ini yang dibangun kota sehingga masyarakat desa tercerabut menggelandang ke kota untuk mencari nafkah disana karena didesa tidak ada lapangan pekerjaan. Padahal kepergian penduduk desa ke kota yang tanpa ketrampilan memadai hanyalah memindahkan kemiskinan dan penyakit sosial kekota. Pantas saja semua walikota kedodoran menata warga yang menghuni kotanya apalagi kota Jakarta dan sekitarnya penuh sesak penduduk, kumuh dan jorok adanya. Mana mungkin dapat penghargaan Piala Adipura.

Kalau yang dibangun desa dengan dana cukup, berangsur kedepan wajah desa akan berubah, tata ekonomi juga berubah, pembukaan lapangan pekerjaan bisa diupayakan, proses produksi hasil pertanian bisa ditingkatkan sehingga secara perlahan bisa menahan arus urbanisasi ke kota karena didesa bisa diharapkan mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

Beri kepercayaan,
Oleh karenanya jika wacana 1 M untuk satu desa, seluruh desa di negeri ini akan mendapat anggaran sebesar RP. 62,80 T atau baru 5,7 % dari APBN yang nota bene baru setengah dosis yang diusulkan Parade Nusantara. Kemudian pertanyaan akan segera muncul, mampukah desa mengelola dana sebesar itu, jangan-jangan akan hanya memperkaya Kepala Desa dan Perangkat Desanya. Penulis selaku mantan Sekretaris Desa di Kebumen merasa yakin semua desa akan mampu. Hal ini perlu diberikan kesempatan dan diberikan kepercayaan kepada para pemangku kepentingan untuk membuktikannya. Dengan pendampingan perangkat daerah diatasnya semuanya akan berjalan sesuai aturan yang ada. Kalau seorang Bupati mengelola dana APBD sebesar Rp.1.000 M kenapa seorang Kepala Desa mengelola dana yang hanya 1/1000-nya harus dicurigai dan diragukan. Hal ini tidak pada tempatnya untuk dijadikan alasan untuk tidak menyetujuinya, kalaupun ada satu dua Kepala Desa yang korupsi itu merupakan hal yang sama dan sebangun ada juga satu dua Bupati / Walikota yang masuk penjara.

Dengan asumsi bisa digunakan untuk pembangunan phisik 80%, mudahlah bagi Kepala Desa dan LKMD-nya untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) yang telah disusunnya. Kabupaten tidak usah terlalu repot untuk merencanakan pembangunan dipedesaan karena sudah dilakukan oleh desa masing-masing. Dengan dana sebanyak itu ekonomi rakyat pasti akan bergerak yang dampak positipnya adalah meningkatkan daya beli rakyat.,Badan Usaha Milik Desa bisa ditumbuhkan dan diberdayakan untuk memenuhi kepentingan penduduk dalam banyak hal.

Bila dana itu ada, desa miskin di Jawa Tengah yang diperkirakan berjumlah 1.717 desa segera dapat diupayakan berubah menuju desa maju, maka seluruh desa di Jawa Tengah yang berjumlah 8.560 akan tersambung dengan jalan aspal dan juga secara online niscaya semuanya bisa berdaya bagaikan menikmati kenyataan yang selama ini hanya sebuah mimpi. Bagaimanapun usulan dan wacana 1 M untuk tiap desa perlu didukung oleh semua pihak agar desa di Kebumen dan Jawa Tengah bisa maju. Bila desa maju dan kuat, Kabupaten akan maju. Desa Maju bukan impian tapi akan jadi kenyataan. Rakyat sejahtera kemiskinan berkurang, jika hilang itu tak mungkin, tetapi dengan 1 M pastilah desa menjadi barokah.

M.SYAHRI NURWAHAB
Pegiat Forum Penulis Kebumen

Alamat : Desa Candiwulan Rt 03/01 - Kebumen 54351
Rek.Bank Danamon : No. 95436101

Rabu, 09 Juni 2010

SENDIRI BERTEMAN MIMPI......by : M.SYAHRI NURWAHAB

Lukaku menganga bernanah merah
Sakit menghunjam relung jantung
Perih merintih sepanjang waktu
Sendiri dikamar sunyi,

Lukaku menganga penuh derita
Hatiku hancur berkeping-keping
Tangisku sedih berisak sendu
Sendiri diruang mati,

Lukaku menganga menunggu hari
Siapa gerangan yang peduli
Menyapa indah dengan hati
Sendiri berteman mimpi.

Mimpiku indah sekali
khayalku melayang tinggi
Lukaku sembuh sendiri
Sendiri tentram dihati,

Kebumen, malam Kamis Wage.
27 Jumadilakhir 1431 H

Jumat, 04 Juni 2010

MASIH ADA TUHAN ....... BY M.SYAHRI NURWAHAB

MASIH ADA TUHAN

Malam sunyi aku sendiri
Pikiran melayang entah kemana
Subuh hampir tiba
Malampun hampir purna
Sedangkan jiwa masih merana,

Ada sesuatu yang hilang
Ada sesuatu yang menjauh
Hidup terasa sepi
Seperti malam ini
Kemana kiranya aku harus lari

Pagi hampir menjelang
Siang hampir datang
Yang kutunggu belum datang
Entah kemana ia terbang
Membawa asa melayang-layang.

Termenung aku sadar
Aku tak pernah sendiri
Masih banyak teman
Aku masih punya Tuhan
Semuanya Dia cukupkan.

Malam Jum'at Pon 03.17 pagi.

SUDAGAR VERSUS KYAI

PILBUP KEBUMEN : PENGUSAHA VERSUS KYAI
Oleh M.Syahri Nurwahab

Kalau jaman Belanda sudagar dan kyai tergolong kelompok orang yang ”anti govermen” kini telah berganti jaman banyak pengusaha dan ulama yang ingin berebut jadi “orang pemerintah”.

Terbukti di Kebumen dalam beberapa hari mendatang (6/6) akan “bertarung” dengan sengit Cabup Sudagar atau Pengusaha akan berhadapan dengan Cabup dari Kyai atau Ulama. Pengusaha dengan sosok H.Buyar Winarso SE didampingi Djuwarni Amd dan sosok Kyai yang diwakili oleh KH Nashirudin Al Mansyur didampingi oleh Probo Indartono SE,Msi.

Keduanya merupakan calon yang lolos dalam putaran pertama dengan perolehan suara masing-masing 29,41% (Buyar) dan 27,52% (Nashirudin), sehingga dua-duanya harus siap tanding ulang besok hari Ahad mendatang. Sedangkan cabup Poniman Kasturo hanya memperoleh 23,75% dan Rustriyanto 19,33% keduanya harus rela meninggalkan gelanggang.

Kalau pada awalnya Buyar diusung oleh PPP, PAN, PKNU dan Gerindra kini telah mendapat tambahan PKS yang dulu mengusung Poniman, sedangkan Nashirudin yang diusung PD dan PKB kini telah memperoleh tambahan dari Gplkar yang dulu menghantar Poniman. Tinggal partainya Rustriyanto yang Sekretaris DPC PDIP belum jelas akan bergabung kemana.

Ada prediksi PDIP akan mendukung Buyar mengingat Probo (cawabup) yang masih duduk sebagai wakil Ketua DPC PDIP dan anggota DPRD dari PDIP dianggap sebagai “anak nakal” dan mbalelo yang keluar dari alur kebijakan partai. Jika PDIP secara formal mendukung Buyar maka kekuatan di Dewan akan menjadi 17 kursi ditambah 15 kursi minus 1 kursi (Probo) seluruhnya berjumlah 31 kursi melawan Nashirudin 18 kursi ditambah 1 kursi (Probo) akan menjadi 19 kursi.

Diatas kertas akan menang Buyar, tetapi “dibawah kertas” siapa tahu. Ini betul-betul pertandingan yang seru dan mengasyikan. Orang boleh menebak-nebak menurut versinya sendiri.Bagi yang percaya bagaimanapun incumbent / petahana pasti akan menang, beliaunya telah berada diatas angin dengan segala kemudahannya menggunakan segala jalur untuk “menjual diri” sebagai Bupati yang sedang berkuasa. Sedangkan dibalik itu tim sukses Buyar tidak kalah “umuk” dengan hitungan 31 kursi yang bisa diterjemahkan menjadi 62% suara pemilih juga merasa diatas awan.

Waktu tinggal beberapa hari lagi rakyat akan berbondong-bondong menuju TPS untuk memilih kandidat yang diperkirakan sama kuat, sama gagahnya. Walau orang Kebumen tahu dua-duanya “anak singkong” yang ingin meraih menjadi “anak keju” . Buyar berasal dari desa Wonokromo – Alian sebagai perwujudan “bocah gunung” sedangkan Nashirudin berketurunan asli dari desa Puwosari – Puring mewakili “bocah kisik” pinggir laut selatan. Semuanya kepengin “lenggah kursi gading dampar kencono” dipusat kota yang didirikan oleh KRT Kolopaking seabad yang lalu.

Buyar sebagai sudagar sukses di Jakarta yang konon merambat dari bawah. Hidupnya penuh penderitaan mengais rejeki di Ibukota mulai tahun 1987. Hari demi hari, tahun demi tahun berhasil lulus “seleksi alam keras” kota Metropolitan, berhasil duduk dan memimpin beberapa Perusahaan, antara lain PJTKI, transportasi dan juga Global Islamic School kini kepengin pulang kampung berbakti untuk tanah kelahirannya.

Nashirudin merupakan tokoh ulama berkharisma yang menapak kakinya diwilayah politik PPP, PKB dan tahun 2000 diajak Rustriningsih (PDIP) menjadi Wakil Bupati 2 kali dan tahun 2008 lalu diangkat menjadi Bupati dengan terpilihnya Rustriningsih sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah, sehingga sampai sekarang telah sepuluh tahun berpengalaman.

Siapakah yang akan menjadi pemenang hanya Tuhan yang tahu. Prediksi banyak kalangan jikapun salah satu menang selisihnya hanya tipis saja. Karena keduanya punya kekuatan strategi yang satu sama lain hampir sama. Jika ternyata yang satu melebihi jauh dari yang lain itupun tidak perlu dipermasalahkan, karena apabila sudah terpilih itulah pilihan rakyat. Berkonfrontasi dan bermahkamah tidaklah penting karena akan memperpanjang masalah. Jika hati “legawa” semuanya akan indah. Kebumen bukan Mojokerto,tidak perlu ada huru-hara yang akan menambah luka kota Kebumen tambah parah..

Saat ini banyak pihak berpesan agar Pemilukada putaran 2 ini berjalan lancar, aman, damai dan bermartabat. Tanpa adanya penghambur-hamburan uang yang tidak perlu,apalagi sampai terjadi bagi-bagi “wuwuran”. Disamping Pemerintah melarang, Hukum Agama tidak mengijinkan, Hukum Adat tidak men-seyogya-kan, tapi yang utama dan yang paling penting diketahui adalah “yang akan dibagi-bagi itu yang nggak ada”. Ibarat orang punya hajat dua-duanya sudah habis-habisan, apa harus jual alun-alun. Cukuplah sudah yang kemarin saja. Mari kita tunggu dan saksikan bersama fenomena “pengusaha versus kyai” menang kalah bahagia, manusia merencanakan Tuhan menentukan dan ingat selalu bahwa kita adalah bersaudara.

M. Syahri Nurwahab – Forum Penulis Kebumen
Alamat : Candiwulan Rt 03/01 – Kebumen 54

Selasa, 27 April 2010

MENANG DENGAN CURANG ADALAH PECUNDANG

MENANG DENGAN CURANG ADALAH PECUNDANG
Oleh M.Syahri Nurwahab

Kemenangan adalah sebuah kata yang didambakan,diharapkan oleh para kandidat Pilkades,Pilbup,Pilgub dan Pilpres.Namun menang dengan cara curang adalah sebuah kenistaan dan merendahkan martabat bagi calon itu sendiri. Menang yang indah adalah dengan cara ksatria, jujur dan bersih.
Di Indonesia tahun ini akan ada 244 pilkada bupati/walikota yang diharapkan dapat mengembangkan praktek demokrasi yang mengedepankan kejujuran, keterbukaan dan persaingan sehat sesama kandidat. Tidak terkecuali di Kabupaten Kebumen yang baru saja menyelenggarakan Pilkada pada hari Minggu 11 April lalu.
Apakah Pilkada Kebumen sudah berjalan memenuhi harapan masyarakat dimana rakyat Kebumen mendambakan pemilihan umum Bupati dengan indah dan bersih. Tampaknya sesuai berita yang muncul pasca Pilkada belum menjawab harapan masyarakat. Hasil perhitungan manual KPU Kebumen tanggal 17 April lalu dari DPT 973.723 orang hadir sebanyak 614.966 orang (63,15%), tercatat suara yang tidak sah 22.798 (3,7%) sedangkan suara sah sebanyak 592.168 suara (96,3%) diperoleh pasangan No. 1 Rustriyanto SH-dr.Y.Rini Kristiani M.Kes meraih 111.437 suara (19,33%) No.2.KH Nashirudin Al Mansyur-Probo Indartono SE,MSi (Bupati incumbent) mendapat 162.954 suara (27,52%) No.3.Buyar Winarso SE-Djuwarni Amd.Pd meraih 174.163 suara (29,41%) dan No.4. Drs.Poniman Kasturo-N.Afifatul Khoeriyah mengumpulkan 140.614 suara (23,75%) dengan demikian perolehan tertinggi diraih oleh pasangan No.3 disusul No.2, No.3 dan No.1. Hal ini telah langsung menimbulkan reaksi negative malam itu juga dari elemen masyarakat terbukti dengan munculnya deklarasi Aliansi Masyarakat Cinta Demokrasi Bersih Pilkada Kebumen di Hotel Grafika Gombong (SM/Suara Kedu 19/4).
Kemudian Senin pagi 19 April Aliansi tersebut dengan membawa massa yang cukup banyak menggeruduk Kantor Panwas Pilkada menuntut penuntasan kasus money politik, bagi-bagi angpau yang dilakukan terang-terangan. Menurut Ketua Panwas Suratno SPd bahwa memang di Kebumen telah ditemukan 28 kasus pelanggaran pilkada dan berita ini telah menjadi isu nasional sehingga Bawaslu Pusat telah turun pula ke Kebumen,bahkan 4 kasus telah dilaporkan ke Polres melalui forum pegakan hukum terpadu (Gakumdu). Lebih seru lagi pasangan No. 3 Drs.Poniman Kasturo- N.Afifatul Khoeriyah Rabu 21 April telah berangkat ke Jakarta melaporkan kasus politik uang tersebut ke Mahkamah Konstitusi dengan tuntutan membatalkan hasil perolehan suara dan mengulang Pilkada.
Terlepas dari benar dan salah dan siapa yang menjadi sasaran tembak, menurut hemat penulis sungguh fenomena Pilkada Kebumen yang dimungkinkan akan dilakukan 2 putaran karena ternyata
belum ada pasangan yang mencapai perolehan 30 %, dan yang pertama diadakan di Jawa Tengah merupakan gambar buram wajah demokrasi, bisa dikatakan memalukan masyarakat Kebumen yang konon kota santri telah dinodai adanya praktek politik dengan terang-terangan. Sebelumnya terutama pada Pileg lalu sebetulnya politik uang juga sudah terjadi namun karena tersebar merata dilakukan banyak caleg di banyak Dapil jadi seolah-olah tidak tampak dan tidak terasa gemanya. Karena sekarang hanya dilakukan oleh 4 pasangan sehingga semua gerak-gerik lawan sangat mudah terpantau oleh Tim Sukses masing-masing.Inilah perbedaanya.
Pengalaman membuktikan laporan kasus politik uang atau pelanggaran pemilu yang telah masuk ke Pengadilan hampir semuanya tidak membuahkan hasil keputusan yang diharapkan pelapor, justru semuanya divonis bebas tidak terbukti karena logikanya siapa yang mau repot-repot bersaksi di depan pengadilan yang justru hukuman dapat menimpa mereka juga. Karena pada dasarnya sesuai hukum yang berlaku dua-duanya sipenerima dan sipemberi bisa dikenakan pasal yang berakibat dihukum dan didenda. Oleh karenanya penerima tidak ada yang berani pasang badan untuk mengambil risiko itu.
Memang praktek kecurangan dalam pilkada hampir pasti tidak bisa membatalkan hasil dari pemilihan itu. Ingat peristiwa pemilihan Walikota Depok Nurmahmudi Ismail dan juga Riani (periode 1) Bupati Karanganyar walaupun berproses panjang tetap saja mereka berdua dilantik menjadi Kepala Daerah. Tetapi yang penulis soroti bukan menang kalah akan tetapi bila cara menang dengan mengambil jalan melanggar peraturan yang salah satunya adanya pemberian angpau sehingga mempengaruhi dan merubah pilihan karenanya, walaupun secara lahir mereka menang dan perkaranya lolos dari jerat hukum, secara moral dan sesuai program menuju pemerintahan yang bersih mereka sudah kotor dari awalnya. Inilah kemenangan semu yang membawa akibat rusaknya tatanan masyarakat madani yang didambakan banyak pihak.
Pilkada tahap kedua Kebumen akan berlangsung tanggal 6 Juni mendatang semua berharap bersih dari adu wuwur. Waktu masih cukup panjang untuk merenung dan mawas diri agar tidak akan mengulang perbuatan yang sama .Sehingga kelak akan terpilih pemenang sejati bukan pemenang dengan cara curang. Dalam arti lain menang dengan cara curang sejatinya adalah pecundang.

M.SYAHRI NURWAHAB - Pegiat Forum Penulis Kebumen
Candiwulan Rt 03/01 Kebumen – 54351.

Minggu, 11 April 2010

Kebumen Butuh Bupati "GILA" by M Syahri Nurwahab

KEBUMEN RINDU BUPATI “ GILA ”
Oleh M Syahri Nurwahab
Mungkin ungkapan “gila” akan mengagetkan semua pihak apalagi para calon bupati Kebumen yang sekarang sedang maju dalam Pilkada yang sebentar lagi akan diselenggarakan pada 11 April mendatang. Konotasi gila akan merupakan stigma jelek bagi siapapun, karena berarti tidak normal atau kurang waras.
Pilkada Kebumen diikuti oleh 4 kandidat, masing2 No. Urut 1. Rustriyanto-Rini Kristiani (Rustri),diusung PDIP,No.2 Nashirudin-Probo Indartono (Nashpro) diusung Partai Demokrat, No.3 Buyar Winarso-Djuwarni diusung PAN,PPP,Gerindra dan PKNU,No.4 Poniman Kasturo- Ning Afifatul Khoiriyah.diusung Partai Golkar,PKS dan beberapa partai non parlemen.
Keempat pasangan merupakan jago pilihan yang berasal dari non partai kecuali Rustriyanto,Sekretaris PDIP,Nashirudin yang “didaulat” menjadi Ketua Partai Demokrat tiban sekarang masih menjabat Bupati Kebumen.Yang lebih “unik” adalah Probo Indartono anggota DPRD dari PDIP tapi dicalonkan oleh Partai Demokrat. Selebihnya yang 5 orang betul-betul bukan anggota partai apapun, 3 dari swasta dan 2 orang dari PNS Pendidikan mereka 6 orang sarjana dan 2 orang SLTA..
Setelah melalui saat perkenalan, sosialisasi, dialog, diskusi dan kampanye masyarakat menjadi tahu kapasitas masing2 calon, hampir seimbang rata2 sama visi dan misinya, karena era sekarang memang para kandidat tidak boleh menyimpang dari RPJP dan RPJM yang telah disepakati bersama.
Dari mereka tampak tidak ada tawaran program yang menggigit, yang akan merubah Kebumen dimasa mendatang, karena semua sadar akan keterbatasan APBD yang cenderung stagnan bahkan bisa jadi menurun bila ditilik dari volume kegiatan. Kalau hanya dari APBD yang akan mereka lakukan kedepan bisa dipastikan Kebumen tidak akan lebih maju, kesejahteraan masyarakat tidak berubah apalagi meningkat.
Program pengentasan pengangguran dan kemiskinan,peningkatan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat juga akan terkendala, apalagi pembangunan infra struktur jelas juga akan menurun seiring dengan makin banyaknya beban biaya pegawai baik yang PNS maupun yang honorer. Jika demikian adanya apa yang dapat diharapkan dari Bupati terpilih nanti,yang ada pastilah,statis,tanpa greget,belum lagi kalau ada bencana alam. Nyatanya yang sekarang terjadi anggaran Pilbup yang dialokasikan 23 M saja itu sudah banyak memangkas kegiatan beberapa SKPD yang nota bene menunda program yang sudah direncanakan matang dalam Musrenbang. Semua menjadi kecewa, mereka telah lelah merencanakan pembangunan sampai adu otot demi terlaksananya program tapi akhirnya terpangkas dengan berkurangnya alokasi anggaran bagi SKPD-nya. Belum lagi ADD yang dulunya sudah hampir mencapai 40 M sekarang tinggal 33 M, apa kata dunia ada anggaran kok menurun? Beberapa Kepala Desa mengeluh mengapa ADD kok turun sedangkan tuntutan mereka ke Senayan beberapa hari lalu adalah 1 M tiap desa per tahun agar terlaksana dengan segera program Gubernur kita “Bali Ndesa Mbangun Ndesa”.
Bupati “ Gila”
Untuk mengatasi kendala APBD,diharapkan Bupati terpilih berani mengambil cara “gila”. Jika memang kekuatan anggaran hanya berkisar 1 T sedangkan diperkirakan Kebumen setiap tahun membutuhkan sekurang-kurangnya 2 T,bagaimana jalan untuk menutupnya. Memang tidak lain adalah pertama mengirit biaya rutin dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan, mengurangi biaya rapat tapi tetap dapat berkoordinasi dengan segala upaya komunikasi modern.Yang sangat akan berpengaruh adalah dihentikannya dulu pengadaan kendaraan dinas secara menyeluruh sehingga apa yang ada sekarang terus saja dipergunakan sampai 5 tahun mendatang.Secara tehnis kendaraan yang ada masih cukup bagus untuk syarat penampilan dan melaksanakan tugas.
Selain itu kegilaan selanjutnya adalah Bupati terpilih harus berani melangkah maju ke Jakarta bahkan kalau perlu sampai ke manca Negara menggandeng pihak ketiga untuk masuk Kebumen menanamkan modalnya sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan meningkat dan produktivitas berkembang,pendapatan masyarakat juga ikut meningkat. Bisa membangun industry manufaktur ataupun agro industry sesuai dengan visi misi Kebumen “ Menuju Daerah Agrobisnis Yang Maju,Sejahtera dan Mandiri” dimana ketersediaan lahan dan tenaga kerja sangat mencukupi.
Kegilaan berikutnya adalah beliau harus berani hidup sederhana secukupnya, tidak hedonis dan konsumtif sehingga akan dicontoh langsung oleh para bawahan. Tidak usah KKN dalam bentuk apapun sehingga dapat hidup dan bekerja dengan penuh dedikasi dan barokah. Hidupnya adalah kerja dan kerja yang dalam bentuk lain adalah merupakan pelaksaan amanah sebagai ibadah.Karena banyak terjadi sumber masalah adalah bermula dari tingkah laku sang Bupati yang berkonspirasi dengan lembaga legislative sehingga apapun bisa menjadi legal formal namun disisi lain sangat merugikan rakyat.
Kegilaan terakhir Bupati terpilih haruslah seorang yang pemberani, bisa berhubungan kebawah, kesamping dan keatas dengan lugas. Tidak ada yang ditakuti dan diewuhi sehingga dalam rangka melaksanakan tugas tidak setengah-tengah karena tidak dibayang-bayangi oleh rasa salah dan ketakutan. Dalam hal tertentu harus berani “menentang” atasan jika ternyata secara rasio dan tehnis apa yang diperintahkan tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Otonomi daerah harus diperjuangkan sepenuhnya sehingga Bupati sebagai Kepala Daerah dapat berbuat banyak.
Untuk berani merubah Kebumen memang masyarakat butuh dan rindu akan “Bupati Gila”.Semoga ada yang berani melakoninya.

M.SYAHRI NURWAHAB – Forum Penulis Kebumen
Alamat : Candiwulan Rt 03/01 Kebumen

Selasa, 06 April 2010

Pilkada Kebumen Murah.

Pilbup Kebumen Murah, Mungkinkah?
Oleh M. Syahri Nurwahab


Rasanya hampir tidak mungkin di negeri ini sebuah pesta demokrasi dalam rangka memilih kepala daerah bisa murah dan sederhana. Fenomena Pemilu juga “Pil-pil” yang lain tanpa disadari peristiwa itu pasti akan membawa kesan munculnya biaya yang cukup banyak, bahkan dalam keadaan tertentu bisa tidak masuk akal.
Sejarah pemilihan umum untuk memilih langsung seorang wakil rakyat dan pemimpin belumlah cukup berumur satu dekade kecuali pemilihan kepala desa secara langsung yang telah berlangsung sejak republik ini berdiri,bahkan sebelum itu. Prosesi pemilihan tersebut memakan biaya yang tidak sedikit dikarenakan untuk mencari pengaruh dilingkup desa. Banyak cara ditempuh oleh para calon, misalnya, dengan memberikan jamuan makan, minum, rokok pada rakyatnya.
Sebatas itu pada mulanya, namun zaman terus berjalan. Yang tadinya hanya sekedar bentuk pengisi perut juga adakalanya selembar pakaian, kain sarung, jarik, kini berubah ditukar dengan nilai mentahnya saja. Yakni berupa uang karena dipandang praktis dan awet untuk digunakan dikemudian hari. Jamuan makan minum dan rokok biasanya akan berlangsung sejak si calon mulai menyatakan diri siap maju ke gelanggang pertarungan sampai hari penentuan yang telah disepakati bersama.
Zaman dulu dapat disebut belum ada tokoh, karena ketokohan seseorang hanya dalam bentuk kepemilikan lahan sawah atau garapan. Makin luas sawah yang dimiliki makin tinggi derajat ketokohannya. Satu desa paling dua tiga orang tuan tanah. Belum ada desa industri, desa wisata, desa tambang. Yang ada hanya desa tani. Dan umumnya kepemilikan yang luas ini hanya terdiri dari kaum satria dan brahmana dalam bentuk lain, yaitu turunan demang atau turunan kyai..
Setelah menjadi kepala desa akan bertugas seumur hidup atau sampai wafat. Bisa 20 tahun bahkan ada yang sampai 50 tahun menjabat. Masyarakat tenang serta tidak bergejolak. Masyarakat patuh pada aturan desa yang kebanyakan tidak tertulis yang berupa awig-awig / pologoro dan aturan adat yang dipegang sangat kuat dan dihormati bersama..
Hal ini berubah drastis dengan diundangkannya UU No. 5 tahu 1979 tentang Pemerintah Daerah. Kepala Desa hanya diberi kesempatan memerintah selama 8 tahun, dan boleh menjabat dua periode alias 16 tahun. Situasi berubah kultur masyarakat juga ikut berubah. Yang tadinya kepemimpinan itu merupakan jabatan sangat berwibawa bahkan tampak sakral, tidak pernah berhitung untung rugi. Dewasa ini berubah menjadi cair dan akhirnya jabatan tersebut berbau komersil jauh dari rasa pengabdian.
Biaya Tinggi
Hal ini menular pada pemilihan bupati, walikota, gubernur, presiden. Kalau dulu harus membeli suara anggota DPRD II, DPRD I atau anggota MPR sekarang berubah seolah-olah mau tidak mau harus berani membeli suara rakyat. Baik untuk membentuk citra atau kampanye keliling wilayah, membayar tim sukses, membagi-bagi hadiah, kaos dan alat peraga lainnya termasuk bayar iklan di media yang jika dihitung ternyata cukup membutuhkan biaya tinggi, berjuta-juta bahkan milyaran.
Dengan begitu hanya mereka yang berduit saja yang berani maju ke depan, padahal keadaan seperti ini pernah saya tulis di Suara Merdeka pada bulan Februari 2007 menjelang Pilgub Jawa Tengah antara lain saya menulis; sebetulnya untuk nyalon (konteks sekarang nyalon Bupati Kebumen) tidak perlu takut biaya. Semuanya sudah dibiayai APBD, tinggal memfoto kopi ijazah dan syarat-syarat lain, lalu mendaftar ke KPUD. Lainnya tidak perlu ada. Sosialisasi dan cetak gambar calon sudah dilakukan oleh KPU. Logikanya, tidak usah repot-repot, semua calon sedikit banyak sudah dikenal diwilayah ini paling tidak oleh segenap anggota partai pengusung, pembaca surat kabar, penonton TV, apalagi kalau mesin partai sudah berjalan baik, penulis yakin dengan modal secukupnya bisa terpilih menjadi Bupati.
Mereka kehilangan uang banyak karena para kandidat maupun tim sukses jauh-jauh hari telah terbakar nafsu suap sana, suap sini, pokoke kudu jadi. Padahal semua kandidat tahu itu semua melanggar hukum. Kemudian kalau kalah dan jatuh miskin itu karena ulah sendiri yang tak terkendali.
Pilbup Murah
Pilbup Kebumen 11 April 2010 yang murah tentu menjadi sebuah impian masyarakat. Sebab contoh nyata dan tak dapat dibantah oleh siapapun, sebetulnya pada Pilpres, Pilgub dan Pileg lalu, pemilih toh tidak mendapat apa-apa yang berupa pemberian, paling-paling kaos butut gambar calon seharga sepuluh ribuan, tidak semua warga mendapatkannya tapi mereka tetap saja mau mencontreng.
Di sisi lain pencalonan Pilbup yang murah, akan menjamin Bupati Kebumen mendatang pasti tidak akan korupsi, tidak perlu kembali modal, kerja mereka bisa maksimal. Ingatlah zaman memang sudah berubah, bola kejujuran dan kebenaran telah menggelinding dari Ibukota meluncur ke segala penjuru setelah episode “cicak vs buaya” dan Pansus Century usai. apalagi kalau kejaksaan, kepolisian, para pengacara telah “berbenah” dan telah bersih diri, pintu korupsi akan tertutup rapat.
Akhirnya mungkinkah Pilbup Kebumen bisa berjalan dengan biaya murah dan sederhana?. Jawabnya adalah sangat mungkin dan mestinya malah harus demikian. Asalkan para kandidat mau dan sepakat bertekad menuju Kebumen Bersih 2010, tidak menghambur-hamburkan uang. Semua warga juga pasti mafhum jika semua mau baik dan hasanah mengapa harus dihalang-halangi. Bagi yang tidak mau memilih karena alasan ekonomis berarti mereka tergolong warga negara yang tidak bertanggung jawab.

M.Syahri Nurwahab,
Pengamat Kebijakan Publik
Pegiat Forum Penulis Kebumen



Alamat Penulis:
Ds . Candiwulan RT 03/ 01
Kec. Kebumen
Kab. Kebumen 54351

No Hp. 085291063692

Rabu, 31 Maret 2010

APARAT DESA BER-POLITIK-LAH by M.Syahri Nurwahab

APARAT DESA JUSTRU HARUS “BERPOLITIK”
Beberapa hari lalu, Presiden SBY pada saat pengangkatan Sekdes menjadi PNS berpesan agar aparat pemerintah desa tidak perlu berpolitik. Kemudian hal ini telah diulas pula oleh Redaksi dalam Tajuk Rencana-nya pada SM Jum’at 26 Maret 2010 yang lalu. Disini penulis ingin pula berpendapat yang agak beda, namun barangkali ada manfaatnya.
Anjuran agar Aparat Desa untuk tidak berpolitik dimulai sejak Orde Reformasi ini bergulir. Dahulu jaman Orde Baru walaupun slogan-nya “Politik No Pembangunan Yes”, kenyataan dilapangan aparat desa-lah yang paling ngotot berpolitik, karena Golkar atau pak Harto tahu persis bahwa aparat desalah yang dapat menguatkan kedudukan politik sang pemimpin. Kepala Desa adalah bulldozer Golkar di seluruh Nusantara. Dengan cara itu Golkar berhasil sukses selama 32 tahun, sedangkan partai lain PPP dan PDI hanyalah penonton dan bila ingin tiru-tiru sudah terpangkas habis sebelum ketahuan. Misalkan ada jago Kepala Desa dari parpol pasti sudah tidak lulus waktu seleksi pencalonan, kecuali kalau mau tobat parpol dan mau masuk Golkar. Kenyataan sejarah ini tidak mudah begitu saja bisa dilupakan bagi yang pernah mengalami dan bukan rahasia lagi pada waktu itu.
Memang sangat strategis kalau Kades dan perangkat Desa-nya sudah rela mendukung partai penguasa, mudahlah segala program pemerintah untuk diterapkan ditambah lagi birokrasi diatasnya sudah satu partai, urusan menjadi mudah dan lancar. Kedudukan Bupati,Gubernur dan Presiden sangat kuat, hanya sayangnya karena mereka terlanjur otoriter dan KKN akhirnya roboh setelah digoncang demo dahsyat mahasiswa dengan tertembaknya 4 orang rekan mereka didukung lagi dengan hadirnya beberapa tokoh nasional ditengah-tengah pendemo pada tahun 1998 lalu.
Pada kenyataanya aparat pemerintah desa mesti harus berpolitik, namun politik yang dikembangkannya bukan harus ikut masuk dalam salah satu partai politik. Tetapi politik yang dikembangkan adalah politik pemerintahan, bagaimana cara memerintah yang baik, bagaimana cara melayani masyarakat yang baik dan tidak lupa bagaimana cara mengatur masyarakat yang terdiri dari partisan beberapa partai politik yang ada. Politik yang dimiliki harus lebih unggul dari pada pendukung partai politik, kalau politik itu dapat dikuasai dan dipraktekan, sukseslah mereka sebagai aparat desa. Bisa dilihat bahwa desa yang kisruh adalah desa yang para aparat desanya secara politis jauh dibawah kemampuan politik anggota warga masyarakatnya, sehingga banyak terjadi Kepala Desa hanya menjadi tukang cap,manggut dan tidak berprestasi sampai akhir masa jabatan. Karena politik pada arti sebenarnya adalah bagaimana mengatur masyarakat agar bisa tertib, aman, makmur dan sejahtera. Maka ajakan saya perangkat desa Indonesia berpolitiklah, tanpa itu anda tidak punya makna. Karena hidup adalah perbuatan politik. Politik untuk kebaikan dan kebahagiaan. Salam Perangkat Desa Indonesia.

Kebumen, 31 Maret 2010
M.SYAHRI NURWAHAB – Forum Penulis Kebumen – Mantan Sekdes Candiwulan Kebumen

BADAI DI POLISI by M.Syahri Nurwahab

“BADAI” DI POLISI BADAI DIMANA-MANA
Membaca,mendengar dan melihat berita saat ini sedang ramai-ramainya terkuak berita yang dilontarkan Susno Duaji bahwa di lembaga kepolisian ada “makelar kasus” yang ditengarai dilakukan oleh dua jenderal polisi. Hal ini pada sebagian orang merupakan berita yang mengagetkan tapi disisi lain banyak pula masyarakat yang sudah tidak kaget lagi bahkan sudah tahu dari dulu.
Seorang Susno menurut penulis adalah seorang inisiator yang mungkin sengaja mungkin tidak, telah membuat pandangan keadaan lembaga hukum apa adanya, misalnya dengan mencap polisi sebagai “buaya” dan member label KPK sebagai “cicak”. Logikanya benar seratus persen, kalau polisi yang sejak awal republik ini didirikan, sudah berkecimpung dan berkeringat menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan hukum, sudah menjadi buaya dalam ranah hukum, sedang KPK yang baru lahir kemarin sore patutlah baru disebut cicak, belum menjadi kadal apalagi menjadi buaya dalam penanganan hukum.
Karena kontroversi yang dibuatnya dia diberhentikan menjadi Kabareskrim Polri digantikan Ito Sumardi. Sebuah konsekwensi logis karena dia berani berbuat aneh diluar kebiasaan alur logika mapan. Setelah itu dia tidak berhenti untuk ungkap keadaan di kepolisian yang mensinyalir adanya dua jendral markus ditubuh Mabes Polri. Dunia kepolisian lebih geger lagi.
Badai di kepolisian telah menyeret Ditjen Pajak dengan terungkapnya Gayus Tambunan yang melakukan permainan kolusi pada keberatan / pengurangan pajak bagi perusahaan yang tentu saja secara financial menguntungkan bagi perusahaan tapi sangat merugikan penerimaan pajak bagi Negara. Departemen Keuangan geger, sebentar lagi pasti akan muncul kasus di Ditjen Bea dan Cukai, karena dua-duanya idem ditto bisa bermain pada pengurangan bea masuk ataupun pajak. Kedua lembaga ini, ditambah lagi Ditjen Anggaran disana sangat rawan dan dapat “membasahi” pegawai rendahan sampai Dirjen bahkan sampai pada Menkeu-nya.
Permainan per-makelar-an, percaloan sebetulnya semua orang tahu dan pernah menjalani walau pada tataran yang ringan-ringan. Contoh urusan surat-surat, legalitas, perizinan dan sebagainya karena para pihak saling butuh dan rasanya saling menguntungkan dan masih dalam angka nominal sekedar upah lelah. Sedangkan yang terbongkar saat ini bukan sekedar uang keringat tapi sudah uang villa, uang mobil mewah, uang beli jabatan dan tentu saja termasuk uang “setoran”.
Setelah nyenggol Departemen atau istilah baru Kementerian Keuangan, sebentar lagi bola panas ini akan membakar Kejagung,Mahkamah Agung,Kehakiman dan tidak mustahil akan merambah ke semua Kementerian karena sebetulnya dunia makelar, dunia calo,perantara urusan kasus atau urusan bisnis itu bukan rahasia lagi. Kalau yang di makelarin, dicaloin itu uang Negara melalui pejabat Negara itulah yang sangat merugikan rakyat banyak. Dan “badai” ini seperti tulisan saya beberapa waktu yang lalu akan bermunculan sepanjang pemerintahan SBY lima tahun kedepan, karena logikanya kalau gunung es sudah mulai meleleh, terus akan meleleh ditimpa sinar kebenaran. Sehingga badai kasus akan selalu muncul dan muncul lagi. Maukah Negara “bersih-bersih” lingkungan, mulailah dari Istana, kesamping dan kebawah, Insya Allah badai akan berhenti dengan sendirinya

Kebumen, 31 Maret 2010
M.SYAHRI NURWAHAB - Forum Penulis Kebumen – Candiwulan Rt 03/01 Kebumen

Sabtu, 06 Maret 2010

PILKADA TANPA TIM SUKSES by M.Syahri Nurwahab

PILKADA TANPA TIM SUKSES

Ini sebuah wacana “gila” yang mungkin tidak lazim atau belum diuji cobakan, tetapi bila dipikir-pikir untuk apa sih tim sukses itu. Tim Sukses adalah mereka beberapa orang yang ditunjuk oleh sang Calon untuk mengatur, menggalang dan meraih simpati sebanyak-banyaknya dari calon pemilih. Namun kenyataan yang ada tim sukses justru sangat membebani sang calon dengan beberapa mata anggaran yang kadang tidak masuk akal. Tetapi anehnya sang calon percaya 100 % bahwa apa yang dikatakan tim sukses itu bagaikan kalimat sakti yang harus dituruti, bila tidak tahu sendiri akibatnya.

Bila mau mencoba, semua calon dapat meraih sukses tanpa tim sukses. Ibarat sebuah teka-teki jawabannya sudah tahu pasti, bahwa yang jadi hanyalah satu. Mengapakah tidak para calon bersatu saja dan rukun, ibarat teman sekolah yang akan menempuh ujian yang niatnya semua bakal lulus namun mereka sadar betul bahwa nilai mereka tidak akan pernah sama persis, pasti ada perbedaannya. Kalau semua calon bisa rukun dan bersatu sebetulnya tanpa tim suksespun salah satu dari mereka pasti akan terpilih. Dan yang terpenting dan terutama mereka semua akan menjadi calon bupati / walikota / gubernur minimalis. Dengan sedikit biaya salah satu dari mereka terpilih menjadi kepala daerah. Adapun yang tidak terpilih masih banyak peluang, pasti dapat selalu kerja sama dengan kepala daerah terpilih, karena saat pemilu mereka sudah guyub rukun bersatu, sehingga sang bupati/walikota /gubernur dapat mengajak mereka yang gagal, dalam banyak bidang yang menguntungkan kedua belah pihak. Kesemuanya beruntung tanpa ada yang buntung, “halalan thoyyiban” sesuai keyakinan. Kan agama bukan hanya dipakai ketika di masjid/gereja/vihara dan kelenteng saja, dalam pilkada pun agama harus dijunjung tinggi dan diutamakan, sehingga hidup ini ada maknanya.

Untuk maksud seperti tersebut diatas, yang dikedepankan oleh partai pengusung calon adalah nawaitu untuk berjuang membangun daerahnya. Jangan ada niatan untuk memperkaya diri dan jangan ada pula calon dari luar partai karena ini budaya yang tidak wajar dinegara manapun didunia, kecuali di Indonesia yang malah justru calon dari luar partai dibudayakan, karena semua tahu bahwa posisi partai pada saat ini yang begitu lemah baik lembaganya maupun personalnya. Jika ketua partai atau pengurus lain yang diusung oleh partainya maka secara otomatis tim sukses sudah terbentuk dengan sendirinya. Dan jika ini berjalan secara organisatoris / kelembagaan pastilah akan bisa jadi kenyaatan bahwa para calon kepala daerah dapat sukses tanpa tim sukses yang berbiaya tinggi seperti yang lazim sekarang ini. Kapan akan dicoba, sekarangpun sudah dapat dimulai karena tanpa kampanye pun orang akan tetap memilih karena fungsi lembaga pemilihan umum KPU sampai PPS sudah sangat mapan dari pusat sampai ke desa.

Merekalah yang akan mengkampanyekan calon lewat televisi, surat kabar dan radio. Kalau bisa disederhanakan kenapa harus dirumitkan. Jangan khawatir tidak dipilih. Pasti rakyat akan berduyun-duyun menuju TPS, karena bagi masyarakat Indonesia Pemilu bukan hanya peristiwa lahir, tetapi merupakan peristiwa batin, peristiwa jiwa, mengikat rasa, yang sangat “eman-eman” dan “gamam” kalau sampai ditinggalkan. Golput asli masih sangat langka, yang ada adalah golput karena dirantau tidak dapat pulang kampung. Survey telah membuktikan walau golput disebut sampai 30 % itu semua karena keterpaksaan bukan karena kenekadan dan kesengajaan. Renungkanlah ! Salam untuk bangsaku.

M.SYAHRI NURWAHAB
Forum Penulis Kebumen
Candiwulan Rt 03/01 - Kebumen

Jumat, 05 Maret 2010

VOTING KEBENARAN oleh : SUPRAYITNO -FPSP Semarang

VOTING KEBENARAN

Setelah berbulan-bulan rakyat Indonesia menyaksikan secara langsung
"pertunjukan" investigasi/angket kasus bailout Bank Century, akhirnya
terjawab sudah. Skor akhir setelah melalui voting 212 suara
menyatakan tindakan bail out benar adanya, sedangkan 325 menyatakan
salah. Lalu apa yang selanjutnya?

Mestinya, jika fakta hukumnya sudah jelas, barang bukti jelas,
pengakuan dari pelaku juga sudah jelas, maka seharusnya "kebenaran"
materiil itu tidak perlu divoting. Masa untuk membuktikan Si Fulan
maling atau bukan dengan cara voting? Bagi saya hal ini sungguh aneh
bin ajaib. Andai saja aparat penegak hukum yang terdiri dari
KPK,Kepolisian dan Kejaksaan benar-benar mau bekerja secara baik dari
sejak awal kasus ini merebak, saya yakin Pansus Century yang menelan
energi bangsa sedemikaian besar itu, tidak perlu ada.

Terlepas dari hasil "voting kebenaran" itu, masyarakat luas menanti
tindakan hukum macam apa yang akan dijatuhkan kepada para tersangka
bailout tersebut? Jangan-jangan untuk memprosesnya perlu waktu lima
tahun, jika demikian sama saja bohong.

Suprayitno
Jln Tlogomukti Timur I/878
Semarang

Rabu, 03 Maret 2010

EXPOSE AURAT WANITA oleh : SAM EDY YUSWANTO

Mengekspose Aurat Wanita
-- by. Sam Edy Yuswanto --

(telah dimuat di Surat Pembaca SUARA MERDEKA, tgl 19 Januari 2010)


Akhir-akhir ini kita bisa saksikan para presenter wanita di berbagai stasiun televisi swasta lebih berani membuka auratnya. Mereka merasa nyaman-nyaman saja (tanpa merasa risih) saat mengenakan busana yang memperlihatkan sebagian belahan dada mereka.

Mungkin banyak dari kalangan artis yang menganggap itu sebuah ajang mengekspresikan diri. Sepertinya kurang afdol jika mereka, para selebriti wanita itu tak mengekspos bagian tubuh sensitifnya.

Saya dan beberapa teman hanya ingin menyampaikan bahwa kami merasa risih dan malu dengan fenomena ini. Budaya berbusana yang sudah kadung kebablasen ini amat sangat membahayakan jika ditiru oleh para generasi muda, karena hal tersebut bisa memicu terjadinya kasus pelecehan seksual pada perempuan.

Sudah menjadi kewajiban pemerintah dan khususnya MUI mengambil sikap dalam menyoroti masalah moral bangsa ini. Bukannya ingin membatasi kebebasan berekspresi. Tapi lebih kepada mempertahankan budaya kita yang terkenal menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan dan kebersahajaan.

Sam Edy Yuswanto
Anggota FPK (Forum Penulis Kebumen)
Purwosari RT 1 RW 3, Kebumen.