Jumat, 26 Februari 2010

REFORMASI PENDIDIKAN oleh : Suprayitno Ambal - Kebumen

REFORMASI PENDIDIKAN
Oleh : Suprayitno

Hampir semua orang setuju bahwa kemajuan suatu bangsa
tak bisa dilepaskan dengan mutu “pendidikan”.
Pendidikan yang berkualitas, saya rasa ukurannya bukan
pada keberhasilan UN (Ujian Nasional) an sich,tetapi
sejauh manakah output dari pendidikan SDM yang
berkualitas akan mengantarkan negeri ini menjadi negeri
yang mandiri dibidang teknologi, sains, kebudayaan,
politik, ekonomi,pangan, obat-obatan, pertahanan /
keamanan,IT dan aneka kebutuhan rakyat dan negara lainnya.
Pertanyaannya, apakah saat ini kita telah menjadi bangsa
dan negara yang mandiri di bidang-bidang tersebut di
atas? Semakin kita “tergantung” itu artinya mutu pendidikan
kita semakin “mundur”. Karena ternyata output pendidikan
tidak semakin menjadikan bangsa ini menjadi tumbuh kuat dan
mandiri.
.
Ada tiga matarantai dalam proses pendidikan yang harus
dilewati,yakni Sistem Input-Processing-Output (SIPO).
Idealnya, jika sistem input/rekrutmen peserta didik bagus,
proses belajar-mengajar bagus,guru bagus, sarana dan
prasarana bagus, maka outputnya pun pasti akan bagus.
Namun, jika kondisi ideal tersebut tidak semuanya bisa
terpenuhi maka apa yang mesti tidak boleh tidak
(conditio sine qua non) harus dipenuhi? Jawabannya
“guru yang bagus” adalah conditio sine qua non bagi
peningkatan mutu pendidikan. Persoalannya, seberapa
banyak negeri ini memiliki guru yang berkualitas?

Bagaimana ciri-ciri guru yang berkualitas/bagus?
Guru di mata saya ibarat seorang “empu” bukan seorang
"tukang pande besi”. Empu dan tukang pande besi dua-
duanya memang menghasilkan senjata tajam.Bedanya,
empu menghasilkan senjata tajam yang memiliki “ruh”
sementara produk yang dihasilkan oleh tukang pande
besi hanyalah benda-benda tajam tanpa ruh, misal pisau,
clurit, pedang, parang dll.Sebagian besar mutu guru
yang ada di negeri ini hanyalah ibarat tukang Pande Besi,
sehingga outputnya (produknya) merupakan barang-barang
yang memiliki nilai rendah bahkan nyaris tak ada nilainya.
Parameter ini akan tampak jelas pada angka human deve-
lopment index yang masih tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara Asean lainnya.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index
(HDI)adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup,
melek huruf,pendidikan dan standar hidup untuk semua negara
diseluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan
apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang
atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh
dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup

Dari Negara-negara yang diteliti oleh UNDP (United Nations
Development Programme), Indonesia masih berada pada urutan
diatas 100. Sebelumnya pada tahun 2005, Indonesia menempati
urutan 110 dari 177 negara,dengan indeks 0.697, turun dari
posisi sebelumnya di urutan 102 dengan indeks 0.677 pada
tahun 1999. Posisi ini cukup jauh dibandingkan negara-negara
tetangganya, seperti Malaysia (urutan 61/0.796),Thailand
(urutan 73/0.778), Filipina (urutan 84/0.758) dan Vietnam
(urutan 108/0.704).

Berbicara masalah mutu, bisa juga dilihat dari melimpahnya
angka pengangguran kaum terdidik. Sedikitnya 2 juta lulusan
perguruan tinggi baik lulusan program diploma maupun sarjana
menganggur. Hasil survey tenaga kerja nasional 2009 dari
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 4,1 juta atau
sekitar 22,2 persen dari 21,2 juta angkatan kerja terpaksa
menganggur. Hal ini disebabkan karena sebagian besarlulusan
perguruan tinggi tidak memiliki keterampilam nonakademis yang
menunjang kompetensi kerja. Soft skill atau keahlian itu
misalnya keterampilan presentasi, manajemen konflik, berbicara
di depan publik dan kerjasama dalam satu team (Kompas,19/2/10).
Pada umunya proses Pendidikan di negeri kita dilihatnya hanya
sebagai pekerjaan “rutinitas” berdasarkan pedoman kurikulum.
Peserta didik hanya dilihat sebagai “objek” seperti gelas
kosong yang bisa diisi semaunya oleh pemerintah maupun guru.

Guru dimata saya adalah sosok arsitek masa depan sebuah
peradaban bangsa. Jika gurunya baik maka baik pula Pendidikan
di negeri ini.Oleh karena itu guru yang baik mutlak keberadaannya.
Seperti apa guru yang baik? pastilah dia seorang humanis, sabar,
penyayang, futuris,nasionalis, jujur, sederhana, cerdas, kreatif
dan motivator yang ulung -dan yang paling penting mengerti bagai-
mana cara mengajar yang baik.Mengajar yang baik perlu keterampilan
komunikasi yakni membuat yang rumit menjadi mudah dipahami oleh
siswa, dan mampu membangkitkan minat siswa untuk mengerti lebih
jauh tentang hidup dan kehidupan (character building).

Guru harus bisa memahami bahwa, pendidikan adalah suatu usaha
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud
adalah cerdas moralnya, cerdas spiritualnya, dan cerdas inte-
lektualnya. Ketiga aspek Pendidikan yang meliputi kognisi,
afeksi dan psikomotor harus bisa berkembang secara sinergis,
sehingga produk dari Pendidikan akan melahirkan peserta didik
yang cerdas daya ciptanya, daya rasanya dan daya karsanya.
Malangnya, sejauh ini pendidikan kita “lebih banyak” mengha-
silkan manusia-manusia yang tergantung. Oleh sebab itu menurut
saya sistem pendidikan kita harus direformasi secara mendasar.
Seperti apa bentuk reformasi yang kita usulkan?

Mengubah mind set

Saya analogikan, saat ini sistem pendidikan kita, bagaikan
puzzle yang berantakan, sementara baik pemerintah maupun guru
tidak mampu atau kesulitan menyusunya menjadi sebuah gambar
atau mozaik yang utuh dan indah.

Kesulitan itu bermula karena tidak adanya visi dan koordinasi
yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya. Mengingat
bahwa Pendidikan adalah sub bagian dari grand design negara,
maka untuk menysusun visi dan misi design pendidikan nasional
mestinya pertama-tama harus ada kesepakatan nasional lebih dulu,
arah negeri ini akan dibawa kemana? Untuk menentukan arah, kita
mesti harus menginventarisir daftar kekayaan/kekuatan negara
kita, kelemahan,kesempatan dan ancaman yang mungkin timbul
(SWOT analysis).

Misalnya, kita inventarisir dulu apa kekuatan negara kita?
sumber-sumber kekuatan itu ada dimana saja? Kalau kekuatan atau
kekayaan itu ada di pertanian, maritime, hutan, dan hasil bumi
lainnya termasuk aneka tambang, maka konsep pendidikan kita
seharusnya sejak awal sudah fokus pada pemberdayaan bangsa
untuk bisa mengolah kekayaan alamnya dengan sedikit demi sedikit
melepaskan ketergantungannya pada modal dan teknologi asing.

Caranya? Sistem Pendidikan harus support untuk mewujudkan cita-
cita itu. Pertanyaannya, apakah sistem Pendidikan kita selama
ini diarahkan untuk menjadi bangsa yang mandiri dibidang pengu-
asaan sains dan teknologi atau selamanya kita akan dijajah oleh
teknologi dan modal asing? Sebagai contoh bagaimana mungkin
negara agraris yang memiliki tanah pertanian sangat subur dan
memiliki berbagai varietas padi tetapi benih padi pun kita impor
dari China? Hingga kini Indonesia masih tergantung pada impor
induk benih padi hibrida dari China.(Kompas 5/2/10).

Hamid Awaludin Duta Besar RI untuk Rusia menulis, belajarlah
ke Rusia sebab Rusia adalah negara terdepan dibidang penguasaan
teknologi perminyakan dan gas, begitu juga teknologi untuk
mengeksplorasi kekayaan alam lainnya, teknologi angkasa luar dan
satelit,persenjataan dan pertahanan. Hingga sekarang, jumlah
mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia hanya sekitar 105 orang.
Sementara Malaysia jumlah mahasiswanya mencapai 4.000 orang,
Vietnam sekitar 6.000 orang dan China mencapai 10.000 orang
(Kompas, 3/2/10).

Untuk mewujudkan konsep pendidikan yang mandiri, negara kita mau
tidak mau harus mmperkuat badan research and development disemua
bidang/lini kehidupan. Di sinilah sebenarnya letak permasalahan
yang paling mendasar, sebab tidak bisa dibantah dalam hal riset
dan pengembangan harus kita akui bahwa pendidikan kita justru
sangat lemah di dua aspek tersebut. Padahal, mustahil kemajuan
di berbagai bidang jika tidak ditunjang oleh riset dan pengemba-
ngan. Alih-alih yang terjadi saat ini adalah justru makin marak
kasus penjiplakan dan plagiat yang dilakukan oleh para akademisi.
Akademisi atau seorang ilmuwan boleh saja membuat kekeliruan
tetapi satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah “berbohong”.

Riset adalah tulangpunggung kemajuan dibidang ilmu pengetahuan,
tetapi megapa bangsa kita sangat lemah dalam hal riset? Jawabnya,
riset itu susah, riset itu rumit, memerlukan banyak dana bahkan
dana itu kadang tidak terbatas, perlu banyak refrensi, banyak
membaca, kesabaran,ketelitian, ketekunan, harus jujur tidak boleh
bohong,perlu kerja keras, pantang menyerah dan kadang memerlukan
waktu yang sangat lama tetapi belum tentu hasil risetnya seperti
yang diharapkan.

Bangsa kita tidak perlu riset sudah bisa hidup nyaman, pejabat
tanpa perlu riset sudah bisa hidup berkelimpahan. Menanam cabe,
singkong,pohon pisang tak perlu riset sudah tumbuh dan bisa
memetik buahnya.Sementara, bangsa Jepang, China, India dan
Eropa mungkin jika tanpa riset akan mati karena kondisi alamnya
yang ekstrem.

Orientasi bangsa kita cukup untuk sekadar memenuhi kebutuhan
domestic,mangan ora mangan kumpul, tidak berpikir hasil yang
terbaik dan berkesinambungan yang berbasis kepada export oriented,
hal yang tentu saja sangat berbeda jika dibandingkan dengan
bangsa-bangsa yang hidup matinya tergantung pada riset dan export.

Kultur bangsa kita maunya serba instant, meminjam istilah
Koentjoroningrat (1986) mentalitas menerabas, tidak suka membaca,
konsumtif, kurang berpikir metodologis, feodalist, kurang berpikir
logis, kurang mau bekerja keras, mudah menyerah/pasrah dan adanya
kultur mistis yang masih tinggi. Ini adalah kelemahan cultural yang
penanganannya jauh lebih rumit, daripada sekadar membuat pesawat
terbang.

Pendidikan harus mampu menumbuhkembangkan semangat meneliti,
berpikir komprehensif dan logis, gemar membaca, produktif dan
manusia yang berorientasi pada pembangungan di segala aspek
kehidupan bukan manusia yang bersemangat merusak kehidupan
dengan aneka macam kejahatan,ketidakjujuran dan kemunduran
budaya lainnya. Manusia yang mau mengedepankan belajar etika
moral dan sosial.

Bangsa kita termasuk bangsa yang sangat “religius” artinya
orientasi hidupnya lebih lekat dengan mistisisme, sehingga
kurang berani berpikir radikal (menghunjam pada akar persoalan
yang sesungguhnya).Apakah cultural asset seperti ini meru-
pakan kekuatan untuk mendorong kemajuan bangsa atau justru
menjadi penghambat/beban?

Sisi-sisi itulah menurut saya yang perlu diurai satu persatu.
Silakan dibedah melalui kajian imiah akademik, supaya pemetaan
masalahnya menjadi jelas dan valid, bisa dipertanggungjawabkan
dan ada solusinya.

Penulis adalah Ketua LP3N

Kamis, 25 Februari 2010

TANGGUNGJWAB BIROKRAT Oleh : Suprayitno-Semarang

TANGGUNG JAWAB BIROKRAT

Musim hujan sudah tiba, dan bersamaan dengan itu jalan-jalan mulai
pada rusak, aspalnya mulai mengelupas diterjang banjir. Kadang karena
kondisi jalan yang rusak, mengakibakan jatuhnya korban atau kecelakaan
di jalan.

Yang selalu saya pikirkan adalah, di satu sisi negara atau pemerintah
dapat “memaksa” warganya untuk harus membayar pajak, jika tidak bayar
akan ada sanksi hukum yang jelas, bisa kena denda atau sanksi lainnya.
Namun, di sisi lain, rakyat tidak mempunyai “hak memaksa” terhadap
pemerintah atau negara untuk perbaikan-perbaikan sarana umum, misal
jalan, jembatan, pasar tradisional, sekolahan dan masih banyak
fasilitas sosial atau fasilitas umum lainnya.

Negara bisa berkilah dengan “beribu alasan”, dari mulai tidak ada
dana/anggaran dan alasan-alsan klasik lainnya. Memang benar,
pemerintah bisa kekurangan dana, tetapi juga harus diingat bahwa
kekurangan dana tersebut bisa akibat dananya dicuri atau dikorup oleh
para pejabat atau juga karena pengelolaan yang salah, misal tidak
efektif, tidak tepat sasaran dan tidak efisien.

Sementara, negara tidak mau tahu kesulitan warganya. Punya uang atau
tidak, harus bayar pajak.Akhirnya, walaupun tidak punya uang, rakyat
mengada-adakan karena takut kena denda atau takut kena sanksi-sanksi
lainnya. Tetapi rakyat tidak bisa “menuntut negara/pemerintah”.

Persoalan simpel, saya ingin tidak ada jalan umum yang rusak atau
bolong-bolong yang tentu saja bisa mengakibatkan kecelakaan, bahkan
bisa mengakiatkan kematian. Bila ada jalan yang rusak, harus jelas
siapa yang bertanggungjawab jadi birokrat itu jangan enak-enakan.
Rakyat bisa langsung menemui institusi mana dan siapa pejabat yang
bertanggungjawab.

Begitu juga untuk aspek-aspek lainnya, saya penginnya harus ada
pertanggungjawaban yang jelas.Semua harus ada SOPnya (standart
operasional procedure). Misalnya, mengurus IMB harus ada standar baku
yakni selesai dalam sekian hari dan biaya sekian, di luar biaya dan
waktu yang telah ditentukan berarti ada pungli atau penyimpangan, maka
juga harus jelas ke bagian mana masyarakat bisa melapor dan siapa yang
bertanggungjawab serta apa sanki bagi pejabat yang melanggar SOP.

Untuk pengurusan yang lain misal mengurus KTP, KK, HGB,Sertifikat HM,
Akte kenal lahir, dan sebagainya yang meliputi administasi publik
pemerintah harus berani menjamin tidak akan ada pungli dan harus
berani menjamin standar waktu dan pengurusan yang jelas. Selama ini
hanya “slogan kosong”, visi dan misi yang selalu dipajang di
kantor-kantor pelayanan publik, bila melanggar aturan yang telah
dibuatnya sendiri itu, tak ada pejabat yang bertanggung jawab.

Birokrat atau PNS kan sama dengan civil servant, abdi masyarakat,
yang selama ini menikmati fasilitas dari negara/rakyat, jadi kalau
mereka tidak mau dan tidak bisa “melayani rakyat” dengan baik,
seharusnya jangan jadi birokrat, jadi rakyat biasa saja.
Birokrat adalah alat bagi negara atau pemerintah untuk menyelenggarkan
"kesejahteraan umum" oleh karena itu jika birokratnya (PNS) korup,
sampai kapan pun tidak akan negeri ini sejahtera.

Kapan dan bagaimana, supaya birokrat benar-benar bekerja untuk
melayani bukan memungli rakyatnya dengan semboyan "kalau bisa
dipersulit kenapa dipermudah? semakin dipersulit kan semakin banyak
dapat uang"? Saya kira tidak ada seorang pun WNI yang tak prnah
dipungli oleh birokrat pada saat mengurus sesuatu.

Suprayitno Sekretaris FPSP
Jln Tlogomukti Timur I/878
Semarang

Selasa, 23 Februari 2010

STRATEGI SUKSES. U.N oleh : Ismilah Ardianingrum ( FPK )

Strategi Sukses UN

Tinggal menghitung hari pelaksanaan Ujian Nasional ( UN ) dari tingkat SMA/MA, SMP/Mts hingga SD/MI ( dikenal sebagai UASBN). Semua elemen pendidikan mempersiapkan segala sesuatunya dengan maksimal. Dari mulai menambah jam belajar hingga beberapa kali pelaksanaan try out. Hal tersebut dilakukan untuk sebuah kesuksesan bersama di sekolah. Sejauh ini sukses UN masih menjadi parameter keberhasilan sekolah dalam mengelola pendidikan. Namun dengan banyaknya penyimpangan – penyimpangan yang kerap dilakukan berbagai pihak menjadikan hasil UN pun dipertanyakan kualitasnya.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan UN. Sebagai guru kita harus menggunakan strategi yang tepat untuk mensiasati suksesnya UN bagi peserta didik. Langkah ini dilakukan dari awal pembelajaran hingga menjelang hari pelaksanaan UN antara lain : Pertama gunakan metode pembelajaran yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Dimanapun dan kapan pun sebuah metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Sehingga peserta didik kita tidak hanya sekedar tahu tapi juga memahami materi pembelajaran yang kita sampaikan. Cara ini dilakkan dari pertama kali pembelajaran berlangsung di kelas.

Kedua : Pendekatan Interpersonal. Pendekatan ini dilakukan untuk memahami karakter peserta didik. Hal ini akan berpengaruh juga pada kedekatan emosional peserta didik dengan kita. Pendekatan ini akan melahirkan sebuah harmonisasi hubungan guru dengan murid, sehingga ketika peserta didik mengalami kesulitan – kesulitan belajar maka dapat segera diatasi.

Ketiga : Biasakan peserta didik dengan Try out. Latihan Ujian merupakan cara untuk mengadaptasikan peserta didik dengan soal – soal berstandar nasional. Dengan terbiasanya berlatih maka peserta didik dapat memahami karakteristik soal UN sehingga memudahkan mereka menguasai soal nantinya.

Keempat : Beri Motivasi dan Asah kecerdasan Spiritual mereka. Usaha lahir memang penting, Usaha bathin pun tidak kalah penting. Doa bersama merupakan cara untuk mengasah spiritual peserta didik. Cara ini dipandang efektif untuk meningkatkan kesadaran diri bahwa kekuatan mental seseorang dipengaruhi oleh kedekatannya pada sang Pencipta. Sebagai guru kita tidak hanya bertanggung jawab untuk mengajar atau mentransfer pengetahuan saja tapi juga mendidik dan memotivasi peserta didik. Hal ini memberi dampak besar pada psikologi mereka ketika mengerjakan soal UN. Semoga Sukses UN tidak hanya sukses kuantitas saja tapi juga kualitas.

(dimuat dlm Suara Guru SM)

Sabtu, 20 Februari 2010

ANNIDA ONLINE - KOPDAR ( KOPI DARAT ) FPK

Annida-Online—Meski terbilang anyar, komunitas Forum Penulis Kebumen (FPK) cukup aktif menyelenggarakan beberapa event yang dimaksudkan untuk meningkatkan potensi para anggotanya. Seperti pada Ahad (14/2) lalu, FPK menggelar acara kopi darat (kopdar) alias kumpul-kumpul bareng yang ke-7 di TBM Sanggar Candra Buana, Jl.H. M. Sarbini No. 40 Kebumen. Meski hanya dihadiri oleh sekitar 20 anggota FPK, pertemuan kali ini terjalin cukup hangat.

“Sebenarnya, agenda utamanya adalah pergantian sekretaris FPK dari Udji Prijatno kepada Syukron Makmun. Kemudian kami juga membahas beberapa program kerja FPK di tahun pertama pendiriannya,” ujar Udji Prijatno, mantan sekretaris FPK.

Beberapa program kerja yang dibahas FPK hari itu memang nggak jauh-jauh dari aktivitas kepenulisan. Mulai dari upaya meningkatkan intensitas pertemuan antar anggota, mengadakan studi banding ke kantor media, menyelenggarakan BBM (Bimbingan Belajar Menulis) hingga penyelenggaraan lomba-lomba kepenulisan yang diperuntukkan bagi anggota FPK maupun di luar anggota.

Pada kopdar tersebut, diselenggarakan pula penyerahan hadiah Lomba Menulis FPK bekerjasama dengan harian umum Suara Merdeka yang telah dilaksanakan pada 26 Desember 2009-25 Januari 2010 untuk menyemarakkan hari jadi Kebumen ke-74 serta HUT ke-60 harian umum Suara Merdeka.

Menurut Udji, FPK yang terbentuk pada 9 Agustus 2009 silam ini awalnya dilatarbelakangi dari kesamaan hobi yang sama dari para pendirinya; Ambijo, M. Syahri Nurwahab, Udji Prijatno, Syukron Makmun, Siti Khotimah dan Ismila Adianingrum, di dunia tulis-menulis. Tujuan didirikannya forum penulisan ini diakui Udji sebagai upaya terlibat aktif dalam curah gagasan pembangunan daerah dan mengkritisi kebijakan Pemerintah Kabupaten Kebumen.

“Bukan sekadar forum penulis tapi semoga melalui tulisan-tulisan para anggotanya, kami bisa ikut untuk menyatukan persepsi dan berkontribusi terhadap setiap aktivitas serta dinamika pembangunan di Kebumen,” lanjut Udji.

Keanggotaan FPK ssendiri terbuka untuk umum, terutama bagi mereka yang berdomisili di Kebumen dan hobi menulis serta mau mempublikasikan karyanya ke media. Salah satu pegiat FPK yang terbilang produktif dalam berkarya adalah Sam Edy Yuswanto, yang cerpen-cerpennya kerap menghiasi media, Annida-Online, salah satunya. Tertarik? Gabung aja langsung ke FPK! [nyimas/foto: dok. gusfajri]

NEGERI TERLANJUR DAN SALING SIMPAN " TRUFF"

NEGERI TERLANJUR DAN SALING MENYIMPAN “TRUF”
Membaca Tajuk Rencana SM 17/2/2010 Redaksi sunguh sangat cerdas mengurai kemelut bangsa ini yang dari sejak Republik ini berdiri tampaknya para pemimpin belum menemukan bentuk memerintah yang “aman” bagi semuanya. Setiap kepemimpinan masing2 menyimpan kelemahan yang tidak disadari oleh yang memimpin tapi selalu dicatat oleh yang dipimpin. Dan itu disimpan sebagai alat “gebuk” kapan saja diperlukan, bukan malah segera diberitahukan kelemahan sang pemimpin baik secara empat mata ataupun melalui nasihat bertahap. Apakah karena tidak berani, “ewuh rikuh” ataupun malah sengaja dibiarkan kita hanya meraba-raba adanya. Keadaan ini persis seperti apa yang ditulis mas Prie GS dalam parody-nya beberapa waktu lalu bahwa semua dibiarkan , dicuekan, dimasa bodohkan sehingga akhirnya menjadi terlanjur.

Jika melihat ini semua sejarah telah mencatat, turunnya sang pemimpin negeri ini hampir semua dalam keadaan “tidak khusnul khotimah” , hanya turunnya Ibu Mega yang digantikan SBY yang berjalan mulus, konstitusional dan aman. Selebihnya kelihatan tampak seperti kena sumpah Empu Gandring, saling bunuh untuk bisa menduduki kursi istana. Akankah hal ini akan berulang, kita berharap jangan sampai terjadi. Solusinya adalah kembali kepada hakikat kehidupan mencari apa sih dimuka bumi ini. Semua kita berharap mencari selamat fiddunya wal akhirah, tetapi memang kadang diperjalanan kita lupa dan mabuk kuasa. Sehingga dengan tidak merasa kita banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan yang kadang menurut anggapan diri sendiri itu benar adanya.Dan kalau sudah terlanjur dianggap salah oleh orang banyak kita biasanya berkelit dan bertahan mati-matian memperhatankannya. Namun hukum alam mengatakan sekuat-kuat menahan kesalahan / keterlanjuran lambat laun pasti akan jebol juga.

Mestinya kepada semua pihak bila sekiranya melihat kekeliruan dan keterlanjuran sang pemimpin di segala tingkatan dan disegala jenis lapangan kepemimpinan, khususnya pemimpin pemerintahan segeralah diambil jalan yang terbaik, dirembug dan dimusyawarahkan dengan hati yang jernih antara eksekutif, legislative, yudikatif dan tokoh masyarakat bangsa, bagaikan menyelesaikan persoalannya sendiri. Bangsa yang ingin maju dan makmur hanyalah mereka bangsa yang mau bersatu dalam banyak aspek , menyingkirkan semua pertikaian dan jangan pernah menganggap bahwa saya mampu mengubah keadaan hanya bersendiri atau kelompoknya sendiri saja, itu mustahil .Sehingga kerja sama dengan semua rakyat itu sangat diperlukan dan tidak usah menginginkan pegang “keris Empu Gandring” yang sewaktu-waktu mau menusuk dari depan ataupun dari belakang.

Orang bijak berkata,siapa yang menjadi pemimpin itu sudah ada garisnya maka setelah bersaing dalam Pilpres,Pilgub,Pilbup/Pilwakot termasuk Pilkades, kembalilah bersatu guyub rukun bagaikan orang habis bangun tidur, semuanya hanya mimpi sesaat yang segera harus dilupakan. Jangan disimpan sebagai “truf atau keris Empu Gandring”. Selamat Indonesia.

M.SYAHRI NURWAHAB
Forum Penulis Kebumen
Candiwulan Rt 03/01 - Kebumen

Rabu, 17 Februari 2010

KEAJAIBAN CINTA : Sam Edy Yuswanto ( Cerpenis FPK)

Keajaiban Cinta

(oleh: Sam Edy Yuswanto*)



“Setiap orang berhak mencinta dan dicinta, dan setiap orang yang gagal menggapai indahnya cinta, dia akan ter-eliminasi dari indahnya taman kebahagiaan, dan siap menghadang di depannya; jurang duka kesedihan yang tiada berbatas.”

Setiap insan yang terlahir ke dunia ini, bisa dipastikan dikaruniai perasaan cinta oleh sang Khaliq. Cinta memang terasa indah, karena kehadirannya mampu memberikan spirit luar biasa pada jiwa manusia. Aura cinta juga bisa berubah menjadi lautan kesedihan, kemarahan, bahkan bisa menjadi virus yang mematikan. Racun cinta memang begitu dahsyat, sampai-sampai ada orang yang terpaksa merelakan nyawa satu-satunya demi memperjuangkan sang laskar cinta yang bersemayam dalam jiwanya. Begitu hebatnya keberadaan dan peran cinta dalam kehidupan setiap manusia.

Setiap insan, siapapun dia, sah-sah saja mencinta dan berhak untuk dicinta. Walaupun saya sangat sadar se-sadar-sadarnya, bahwa cinta itu tak harus memiliki. Ya..! cinta tak harus memiliki. Sebuah kalimat yang ringan terucap, namun terasa berat untuk diterima dengan lapang dada. Sakit, sedih, terluka…itu adalah resiko pecinta “cinta.” Setiap insan, pun boleh menolak dicinta, dan berhak memilih cinta pujaan hatinya.

Setiap insan, juga harus siap dan rela kecewa dengan penolakan cinta dari sang pujaan hati, dan siap tenggelam dalam duka lara yang terasa pedih dan mengiris kalbu. Walau pada hakikatnya, masih banyak cinta yang bisa diraih, namun melupakan cinta ternyata tak semudah membalikkan kedua telapak tangan.

Kedahsyatan dan keajaiban cinta memang memberikan pengaruh luar biasa bagi kita. Dan, cinta hakiki nan sejati ternyata hanya milik Sang Khaliq saja. Cinta sesama manusia rentan mendua. Namun, cinta sang Maha Cinta, takkan pernah terduakan. Ajaibnya...Cinta kita pada-Nya takkan pernah tertolak, bahkan akan terbalaskan dengan cinta yang tak lekang diterjang masa. Kekal abadi. Terasa kelu bibir ini tuk menggambarkan keindahan cinta-Nya. Wallohu A’lam.

***

*anggota FPK.( tinggal di Purwosari, Puring - Kebumen

Tulisannya bertebaran di berbagai media, seperti; Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Republika, Pontianak Post, Annida-online, Radar Banyumas, Rindang, Misykat, Community, buletin Forkis STAINU, Buletin Kesehatan (B-tren), Buletin Insyaf Wonoyoso, dan Buletin Pesantren Nurussalaf.

ANCAMAN DEMOKRAT

Saat ini kelihatannya Partai Demokrat benar-benar tampak panik dengan ditemukannya beberapa pelanggaran dalam bail-out Bank Century yang sedang digali oleh Pansus Angket DPR. Partai Golkar, Partai PKS dan Hanura telah menyatakan bahwa mereka telah menemukan banyak sekali menemukan pelanggaran yang berupa kebijakan dan tidak menutup juga pelanggaran pidana korupsi yang mungkin sekali menyeret beberapa nama penting di Pemerintahan SBY. Untuk menekan agar jangan sampai menjadi kesimpulan Pansus, Sekjen Partai Demokrat mengancam mengusulkan kepada Presiden untuk mengganti Menteri dari partai koalisi yang cukup keras menyuarakan kekeliruan dan kesalahan dalam memutuskan dana talangan untuk Bank Century.

Tapi kita saksikan Partai Golkar maupun PKS tidak sedikitpun merasa takut dengan adanya isu reshufle kabinet, justru mereka merasa dalam jalan yang benar sesuai permintaan Presiden untuk membuka kasus Century seterang-terangnya. Apakah kalau sudah mulai tampak terang harus segera dipadamkan dengan dalih bahwa partai koalisi tidak boleh membukanya demi ketenangan dan keselamatan Partai Demokrat didepan publik yang sebenarnya sangat tidak mungkin dibohongi lagi.

Secara logika, makin ditekan mereka akan semakin keras dan semakin secara luas membeberkan kekeliruan kasus Century. Apalagi kalau sampai benar-benar Menteri dari partai koalisi ditarik dari kabinet, pastilah mereka akan all out mati-matian membuka kelemahan SBY dalam menjalankan pemerintahan. Dan yang perlu diingat bahwa masyarakat segala tingkatan akan lebih keras menuntut pemunduran Presiden yang diangap melindungi mereka yang bersalah. Apalagi kalau sampai terjadi Golkar, PKS, PPP, PAN berbalik arah bergabung dengan PDI,Gerindra,Hanura dalam sidang pleno DPR untuk mengambil sikap.Ini sangat berbahaya karena bisa saja para tokoh nasional akan turun ke jalan mendukung DPR untuk pemakzulan Presiden. Beranikah Demokrat, saya kira tidak dan ancaman Demokrat tak berarti apa-apa bagi partai koalisi, karena kita juga sepakat marilah kita berkoalisi dalam kebernaran dan kebaikan, bukan sebaliknya.

M.SYAHRI NURWAHAB
Forum Penulis Kebumen
Email : emasyahrinurwahab@gmail.com

(dimuat Suara Merdeka, Rabu 17.02.2010)

PNCALOAN PNS

Seperti yang pernah saya tulis di harian ini awal Agustus 2006, tentang hal yang sama, saya masih tetap berpendapat siapapun yang menjadi calo penerimaan PNS perlu ditangkap dan dihukum. Tapi yang lebih dulu ditangkap adalah mereka yang mengaku telah memberi / menitipkan uang dengan maksud untuk menyuap masuk menjadi PNS / TNI / Polri dan sebagainya.

Karena hakikatnya merekalah yang terlebih dahulu bersalah mau memberikan / menitipkan uang untuk membeli jabatan. Biarpun diiming-imingi dan dijanjikan kalau nggak ada yang percaya dan mau jadi korban ya pasti tidak laku, karena semua itu adalah perilaku yang tidak benar, melanggar hukum dan bertentangan dengan hati nurani..

Kepada para LSM mestinya jangan membela para penyuap, wong mereka sadar dan tahu kalau itu untung2an. Coba kalau benar2 diterima sebagai PNS apa mau buka mulut.Saya yakin tidak. Malah mereka bangga cerita ngalor ngidul kalau anaknya diterima, tragisnya lagi pasti mereka mengadakan syukuran, ngundang kyai lagi. Sepertinya perbuatan tersebut benar adanya.

Kepada pejabat yang ikut ditumpangi nama dan wibawa seharusnya cepat memberikan klarifikasi agar tidak dikira-kira orang banyak, jangan2 ikut bermain. Walaupun hanya sebatas disangka-sangka, inikan lebih fatal dan runyam serta akan menurunkan kredibilitas para beliau. Selamat Jawa Tengahku.

M.SYAHRI NURWAHAB
Forum Penulis Kebumen
email : emasyahrinurwahab@gmail.com

(dimuat Suara Merdeka, Selasa 16.02.2010)

Senin, 15 Februari 2010

KEGIATAN BULANAN FPK & PENGUMUMAN HASIL LOMBA MENULIS

Lintas Profesi Ikuti Diskusi Menulis

Menulis di media cetak makin banyak peminatnya. Siapa pun dia, tak pandang latar pendidikan sebetulnya bisa saja menuangkan ide maupun gagasannya dalam lembar-lembar surat kabar, tabloid ataupun majalah. Sepanjang memenuhi persyaratan teknis seperti kaidah jurnalistik juga karakter maupun ragam bahasa selingkung media bersangkutan. Tentu masih ditambahai persyaratan lain, misalnya tema yang diangkat harus aktual serta harus memberi unsur pencerahan kepada masyarakat.

Itulah beberapa materi yang mengemuka dalam diskusi bulanan Forum Penulis Kebumen (FPK) pada Minggu (14/02) kemarin. Acara yang diselenggarakan di Taman Baca Masyarakat (TBM) Sanggar Candra Buana, Jalan HM. Sarbini 40 Kebumen itu dihadiri sekurang-kurangnya 20 orang peminat kegiatan tulis-menulis di seputar Kota Kebumen dan sekitarnya, meliputi beragam profesi seperti guru, wiraswasta, pelajar, dan mahasiswa.Undangan disebar melalui sms dan juga email.

Dalam forum yang digelar lesehan, turut diumumkan pula pemenang lomba menulis di media cetak bagi warga Kebumen yang diselenggarakan oleh FPK bekerja sama dengan Smart English Course dan TBM Sanggar Candra Buana. Kegiatan ini merupakan kepedulian FPK untuk ikut memperingati HUT Kab.Kebumen yang ke 74 dan sekaligus menyongsong HUT Suara Merdeka yang ke 60.

Setelah melalui proses pengundian, keluar sebagai pemenang yakni Dra. Rustriningsih, M.Si.( Wagub Jateng ) yang menulis di rubrik Wacana Nasional, Mujiono asal Pejagoan, Siti Khotimah warga Desa Mangli, Kuwarasan, kemudian Sam Edy Yuswanto dari Desa Purwosari, Puring, masing-masing menulis di kolom Surat Pembaca serta terakhir dr. Prio Nurono menulis di Wacana Lokal. Semua tulisan termuat di Harian Suara Merdeka, antara 25 Desember 2009 hingga 25 Januari 2010. Bagi para pemenang diberikan bingkisan yang bisa diambil di Sekretariat FPK, Jalan HM. Sarbini 40 Kebumen pada jam kerja.

Minggu, 14 Februari 2010

Tulisan Sdr.Sukron Makmun

Ekonomi Pertanian di Kebumen

PETANG menjelang, kesibukan di jantung Kota Kebumen tidak serta-merta mereda. Ada warna lain ditandai aktivitas cukup beragam. Namun lebih mengesankan kepada suasana santai. Tak sebagaimana terlihat pada pagi maupun siang harinya.

Seiring benderang lampu-lampu jalan utama kota, seketika tatap mata kita akan segera bertumbuk pandang dengan sejumlah keramaian. Tak terpusat, tetapi relatif menyebar di sejumlah tempat strategis. Seputar Alun-alun, lalu di sepanjang kiri-kanan Jl. Pahlawan ke timur hingga Tugu Walet, Jl. Sutoyo ke timur, juga Jl. Pemuda ke selatan, berubah menjadi deretan sentra kuliner teramai. Dan emperan toko pun berubah dihisai sejumlah besar warung tenda. Beraneka menu masakan tersedia di sana. Dari jajanan ringan hingga makanan berat ada semua. Uniknya semua mempunyai peluang pasar yang lumayan terbuka. Terbukti kian tahun jumlah warung tenda kian menjamur.

Itulah sekilas pandang geliat malam Kota Kebumen yang kontras jika dibandingkan siang hari. Kota kecamatan di tepi Sungai Luk Ulo sebelah timur ini terdiri dari 5 kelurahan dan 24 desa, makin dikenal khalayak sebagai pusat perniagaan. Dengan potensi jumlah penduduk terbesar (121.978 jiwa) dari total 26 kecamatan yang ada, maka jumlah penduduk usia produktifnya pun turut menyesuaikan. Kini jumlah penduduk usia produktif di Kecamatan Kebumen tak kurang dari 77.700 jiwa. Jika diperinci lagi dari sektor ekonomi yang digeluti maka terlihat sektor perdagangan, hotel, dan restoran, paling mendominasi mencapai 13.188 orang. Lainnya pertanian (9.496) dan sektor konstruksi (850).

Ekonomi Pertanian

Bisa dibilang, hingga kini struktur perekonomian Kebumen masih terpolarisasi antara dua sektor besar, yakni pertanian serta perdagangan barang/jasa. Antarkeduanya bahkan saling menguatkan. Interaksi dua sektor ini pada akhirnya membentuk mata rantai ekonomi pertanian. Di mana tingkat konsumsi barang atau jasa tak bisa lepas begitu saja dari maju tidaknya kemampuan ekonomi para petani. Titik temu paling mudah diamati adalah tingkah polah interaksi jual-beli di pasar-pasar tradisional.

Kota Kebumen --di tengah hiruk-pikuk wajah kota yang kian kosmopolitan, dipagari beraneka fasilitas cyber, puluhan warung internet (warnet), industri ritel berwaralaba-- tetap mampu menampakkan wajah asli ekonomi pertanian. Pagi hari, lalu-lintas komoditas pertanian begitu hidup. Daya dukung daerah kecamatan lain di seputar kota dalam perniagaan hasil pertanian sangat kentara. Selain bermuara di Pasar Tumenggungan, hasil panenan petani berupa komoditas palawija, buah, dan sayur-sayuran bahkan telah mampu melampaui batas wilayah. Produk pertanian Kebumen banyak disuplai menuju pasar di lain daerah.

Daerah Berpotensi

Total luas tanah sawah di Kebumen adalah 39.831 Ha, yang dilayani sarana irigasi teknis mencapai 18.247 Ha. Sementara yang lain memanfaatkan sarana irigasi setengah teknis, irigasi sederhana PU, sarana irigasi sederhana non-PU serta lahan tadah hujan. Dengan kondisi seperti itu, didukung kontur tanah yang bervariasi, sangat memberi keuntungan terutama jika dilihat dari sisi produksi hasil pertanian.

Daerah pedesaan di Kebumen rata-rata memiliki lahan pertanian yang subur. Kesuburan tanah jika ditopang oleh teknologi pertanian yang baik merupakan faktor penting untuk bisa menghidupi ekonomi petani. Di samping terdapat faktor lain yang cukup memengaruhi. Sebut saja ketersediaan sarana produksi (saprodi) dengan biaya terjangkau juga faktor harga pascapanen.

Dari sekian kecamatan, produk pertanian Kebumen didominasi oleh pertanian padi, palawija dan tanaman holtikultura. Produksi padi, misalnya, banyak dihasilkan oleh petani di Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Ambal, Puring, Kuwarasan, Mirit serta Petanahan.

Tanaman palawija, semacam jagung, ketela pohon (Ipomoea batatas L Lam), ketela rambat atau sweet potato serta kacang tanah amat cocok dibudidayakan pula di Kebumen. Hasil ketela pohon, misalnya, banyak dihasilkan oleh petani di Kecamatan Karangsambung. Produksi mereka dari 907 Ha mampu menghasilkan ketela pohon sejumlah 13.938 ton pada tahun 2007. Sementara untuk komoditas holtikultura seperti cabai besar, cabai rawit, kacang panjang, tomat, ketimun, dan terong produksinya belum begitu masif jika dibandingkan luas lahan pertanian secara umum di Kebumen. Padahal kebutuhan pasar baik lokal maupun regional cukup menjanjikan.

Harus diakui, mayoritas petani di pedesaan Kebumen saat ini masih banyak yang tergolong dalam taraf hidup prasejahtera. Namun bukan berarti mereka kurang dalam bekerja. Potensi pedesaan yang jelas tergambar di depan mata harus terus menerus dikelola dan digenjot. Sebab sejatinya, kemajuan suatu daerah di negeri kita, kuncinya ada pada kemajuan ekonomi desa. Ekonomi para petani. (Sukron Makmun).

Tulisan di atas telah dimuat di Rubrik Wacana Lokal Harian Suara Merdeka, edisi Sabtu 11 Juli 2009.

Jumat, 12 Februari 2010

PACARAN TANPA KEMAKSIATAN

Sebenarnya apa sih arti sebuah pacaran ? Dalam ajaran agama Islam, sebenarnya tidak ada yang namanya pacaran. Berpacaran boleh-boleh saja asal tahu aturannya. Adapun tujuan berpacaran adalah untuk menjajagi pasangan dengan segala pernak-perniknya alias sifat dan karakternya. Itulah yang diperbolehkan dalam ajaran Islam atau yang dikenal dengan "pacaran model hasanah". Yaitu sebuah pertalian dua insan berlainan jenis dimana di dalamnya meninggalkan unsur-unsur kemaksiatan.

Tapi kenyataannya sangat memprihatinkan. Melihat remaja model sekarang sangatlah tidak patut untuk dicontoh. Bahkan anak SD saja kadang sudah berani berpacaran. Sungguh ironi sekali jika masa-masa remaja digunakan untuk hal-hal yang negatif, alangkah baiknya digunakan untuk meraih prestasi atau hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuan dalam berprestasi agar masa depan lebih baik lagi.

Memang bangsa kita sebenarnya sedang dijajah,tapi kita tidak sadar.Buktinya remaja model sekarang sudah ikut-ikutan tren model bangsa Barat. Pria sudah tidak pas dengan atributnya, sebaliknya seorang wanita juga kayak gitu. Pria sekarang sudah tidak patut untuk dilihat. Amburadul, apalagi sekarang sudah model-model, rambut dicat warna-warni dengan gaya khas sekarang, pakai anting, ditambah lagi pakai kalung segala. Sebaliknya seorang wanita juga pakai pakaian serba ketat dan kadang malah transparan. Ada lagi yang pakai celana pendek atau rok diatas lutut.

Kalau diperhatikan secara cermat, sudah tidaklah pantas atau patut dilihat dari segi budaya masyarakat apalagi dari segi agama. Pacaran model sekarang sudah di luar aturan. Yaitu pacaran model "sayyiah", yakni pertalian dua insan berlainan jenis dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur kemaksiatan, baik itu skala ringan, sedang maupun berat.Selain itu pacaran model ini sangat-sangat membahayakan. Bila diperhatikan dan dicermati, berbagai tayangan yang disajikan oleh stasiun TV, banyak yang tidak pantas untuk dilihat oleh kalangan remaja. Terutama sinetron percintaan dan kadang pemainnya tidak pas dengan perannya. Masa anak dibawah umur 17 tahun sudah berperan dalam film percintaan, itu kan tidak pas dan malah memberikan contoh yang kurang baik. Maka dari itu buat orang tua, wali anak didik putra-putri kini saatnya untuk memberikan pengarahan yang lebih baik agar remaja sekarang tidak menyontoh hal-hal yang kurang baik.

MUJIONO (23 th)
Anggota Forum Penulis Kebumen
Alamat : Gg Menur Rt 02/04 Pejagoan
Kebumen HP. 087 881 796 278

( tlh dimuat Suara Merdeka, Senin 8-2-2010 )

Selasa, 09 Februari 2010

KISAH SEORANG PENDUSTA

Wajahmu tampak ceria
Matamu tampak bercahaya
Mulutmu tampak berbinar
Senyummu tampak mengulum
Kau betul merasa bangga
Kau betul tak merasa,

Semua telah kau lakukan
Semua telah kau ucapkan
Semua telah kau canangkan
Semua telah kau lewatkan
Semua telah kau biarkan,

Hari ini kau tampak bingung
Hari ini kau tampak gundah
Hari ini kau tampak gelisah
Hari ini kau mulai menangis
Hari ini kau mulai miris,

Dustamu telah terbuka
Bohongmu telah diterka
Tipumu telah terkuak
Sandiwaramu telah purna
Batinmu telah mengaku
Hatimu telah bicara
Aku sebenarnya hanyalah
seorang pendusta.

kebumen, malam selasa pon
25 shafar 1431H, 9.02.10

Jumat, 05 Februari 2010

Tlisan Sukron Makmun

Wacana Lokal

Tanggung Jawab Institusi Persepakbolaan

Oleh Sukron Makmun

Bonek atau bondho nekat, kelompok suporter fanatik kesebelasan Persebaya Surabaya kembali bikin ulah. Hanya kali ini, amuk itu tak terjadi di dalam kota di mana markas (home base) tim berjuluk Bajul Ijo berada, sebagaimana yang sudah-sudah. Akan tetapi justru di stasiun-stasiun yang dilewati rute KA Pasundan yang mengangkut mereka dari Surabaya menuju Bandung pergi-pulang.

Di beberapa stasiun pemberhentian itu mereka kedapatan ramai-ramai menjarah, serta merusak sejumlah fasilitas umum, bahkan melempari orang-orang dengan batu, sehingga mengakibatkan korban luka-luka serius dan harus dirawat. Di pihak mereka pada akhirnya juga menuai hal yang sama.

Sebab, warga yang sudah cukup jengah dengan kebrutalan mereka lalu merespon dengan memberikan aksi balasan. Di sejumlah stasiun, seperti di Stasiun Jebres, Stasiun Purwosari dan Stasiun Palur Solo, bentrok pun tak terelakkan. Tepatnya sekembali dari mendukung kesebelasan mereka dalam lanjutan laga Indonesian Super League (ISL) di Bandung.

Tak berhenti sampai di situ, korban juga berjatuhan di wilayah-wilayah yang sebenarnya minim potensi bentrokan antarsuporter bola. Seperti di wilayah perbatasan antara Kebumen dan Banyumas. Diberitakan harian ini, seorang suporter tewas akibat terjerembab saat KA hendak memasuki Terowongan Ijo, di Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kebumen (Suara Kedu, 25/01/2010)

Di daerah ini bentrok dan tindak anarkis para bonek mania boleh dikata tak ada sama sekali. Namun demikian, tetap saja terdapat jatuh korban. Bahkan tergolong fatal. Sebab satu nyawa bonek melayang sia-sia gara-gara jatuh dan kepentok tiang sebuah jembatan yang berjarak 300 meter sebelum terowongan. Ia terjatuh akibat panik karena KA dikira tak akan berhenti terlebih dahulu sesaat sebelum memasuki Terowongan Ijo.

Tingkah Rusuh

Tentu saja tingkah rusuh yang berakibat jatuh korban semacam itu bukan untuk pertama kalinya. Seolah ciri khas berupa tingkah urakan, menjarah, serta mengamuk manakala bertemu kelompok suporter lain yang sama sekali jauh dari nilai sportivitas ini, terus terpelihara dan terus melekat di benak para bonek mania. Bahkan makin hari ekskalasinya cenderung meningkat.

Sebab, pelbagai tindakan yang sudah mengarah pada perilaku mengganggu ketertiban umum tersebut terjadi hingga pada saat mereka berada di tengah perjalanan melewati kota-kota lain yang jaraknya mencapai ratusan kilo meter dari kota asal mereka. Tanpa ewuh ataupun rasa sungkan dan apalagi rasa malu mereka selalu berulah dan membikin orang-orang yang menyaksikannya acapkali miris dan tak sedikit pula yang berubah menjadi geregetan.

Ketegasan

Kasus kekerasan maupun berbagai tindak yang memicu terjadinya situasi yang sukar dikendalikan, memang senantiasa menjadi semacam duri dalam daging di kancah persepakbolaan Tanah Air. Mulai kisruh antarpemain di lapangan yang berselisih, lalu terlibat adu jotos hingga bentrok, dan saling lempar batu di antara kelompok suporter di luar arena bahkan di luar stadion.

Ketegasan seperti selama ini kerap didengung-dengungkan serta diberlakukan ternyata belum menjadi formula manjur guna meredakan potensi kekerasan yang bisa terjadi hingga ratusan kilo meter jaraknya dari “titik episentrum” di mana 90 menit laga sebuah permainan sepak bola diselenggarakan. Bisa dibayangkan betapa ironisnya, sebuah laga yang berlangsung damai di Stadion Si Jalak Harupat Soreang Kabupaten Bandung, namun sekelompok suporter tim tamu justru membuat drama keonaran di sejumlah lokasi yang kebetulan disinggahi.

Kerugian materi hingga jiwa sampai saat ini rupanya belum memicu pihak-pihak di internal kelompok suporter maupun para stakeholder persepakbolaan menyadari untuk kemudian mengambil langkah-langkah strategis guna mengedukasi khususnya kepada para suporter mereka, bahwa fanatisme ekstrem dalam mendukung tim kesayangan sudah berada jauh di luar hakikat sportivitas sebuah pertandingan olah raga. Tak kurang, Sekjen PSSI Nugraha Besoes menyatakan bahwa perilaku para bonek sudah melampaui batas.

Semestinya ke depan mulai diberlakukan sanksi yang lebih tegas lagi baik terhadap perorangan atau terhadap kelompok suporter maupun kesebelasan yang bersangkutan. Sebab apalah artinya gegap-gempita di lapangan jika usai pertandingan selalu dipungkasi tindak anarkis seperti kerap kali terjadi selama ini. Adanya anggapan suporter fanatik adalah salah satu aset penting bagi prestasi sebuah klub sehingga keberadaannya bisa disepadankan laiknya pemain ketiga belas agaknya mesti dikoreksi. Utamanya selagi institusi klub belum bisa menjamin perilaku tertib mereka.

Alhasil jika performa dan kelakuan para suporter tersebut telah menuai cap sebagai biang kerok kekisruhan, maka sanksi tegas, semisal sampai tahap pembekuan klub selama beberapa musim kompetisi ataupun juga denda yang setimpal atas segala kerusakan dan kerugian di masyarakat pun harus segera diterapkan. Yang kini terjadi, tiap usai kerusuhan suporter, institusi persepakbolaan biasanya banyak yang lepas tanggung jawab.

Sukron Makmun, penulis lepas, bergiat di Forum Penulis Kebumen

Rabu, 03 Februari 2010

Komentar utk mas Aris Susetyo.

Bagus sudah uraiannya, tapi kembali ke aslinya ini adalah kegagalan institusi partai yg tidak solid, tidak PD dan juga partai belum merupakan sandaran harapan. Satu dan lain hal karena partai berdiri bukan atas dasar idiologi yang diyakini, tapi sebatas angan2 per-andaian yang bermacam-macam, jadi partai apapun sepertinya tidak punya jiwa, tidak punya target kejuangan yang mathok, wani susah, wani melarat bahkan mestinya wani mati demi idiologi kebenaran yang diyakini yang akan membawa manfaat untuk hari ini, untuk perubahan masyarakat, untuk negara dan juga untuk hari perhitungan dialam sana.

Kalau melihat dinegara lain, orang masuk partai tidak asal masuk, mereka militan dan berani berlaku jujur dengan sesama anggota.
Contoh yang dekat di partai UMNO, PAS diseberang sana, atau mungkin LDP, PAP,partai di Thailand, Myanmar, termasuk India.

Menurut saya bila partai di Indonesia sudah kuat dan tidak nakal wong Demokrat yang ABG sekarang bukan menuju dewasa tapi malah ingin jadi anak2 lagi contoh nyata dalam pansus angket Century, mereka bukan tampil dengan profil partai besar yang menang pemilu tapi persis kaya partai kecil yang sendirian mencoba menegakkan benang basah, mana mungkin. Orientasinya tidak tutup ini tutup itu tapi mestinya dengan tegas dan keras buka borok yang ada, akui dan obati sendiri,pastilah rakyat bersorak gembira dan pasti 2014 menang lagi. Toh dengan ngaku salah dan khilaf pasti rakyat sudah puas, dan pansus tuntas dan say let's go to the future better, no one can do right if he never doing wrong.

Sekali lagi partai harus kuat dan pasti Pilkada akan bermutu, rakyat akan cerdas memilih karena sang pemimpin juga mau ngajari pinter tidak malah ngajari bodoh dan nakal. Uang singkirkan wong Pilpres / Pilkada sudah dibiayai APBN, APBD tinggal nyalon dan noblos, bar. Semuanya tergantung sutradara, tergantung sang dalang, tergantung pak Kyai, tergantung Lurahe. Mau gemblung ya raskyate gemblung mau waras slamet, aris yang tergantung yang didepan. Katanya kalau diuntabaken kepengin jadi mayit sae, sae, sae ya mestinya eling yang seperti itu. Masak sebentar-bentar takziah dan mendengar adzan praktek keseharian menjauh dari lingkaran kematian dan kesujudan, mestinya kita bangsa yg agamis dan Pancasilais, yg sebentar2 ngamuk kalau ada aliran ini sesat, aliran itu sesat, masa iya aliran e sendiri malah kelalen.

Sapa sing salah, sing nang mburi apa sing nang ngarep. Wong mau konfercab, muscab, musda kabeh udah diblokir anggota partai nggak boleh ikut, kaya putrane pak pramono kancane mas aris. Partai mau kuat sudah dibelah, kalau ada anggota kritis langsung dibunuh, dibuang kapan besar dan kuatnya, yang ada hanya politik formalitas, hasilnya ya formalitas dan anggotanya ya formalitas, floating mass semua. Akibatnya kandidat ngambang, tim sukses ngambang apalagi konstituen lebih ngambang lagi, apatis ora urus,
karepmulah. Tapi itungane duwit modal nggak ngambang pasti dieling-eling terus. Kalah susah, menang juga susah blas nggak pernah mendengar ada lurah cerah, bupati ngguyu, gubernur kita aja suntrut terus apalagi wakile. Sedaya lepat nyuwun pangapunten, wal 'afwu minkum.

Kasus Century

Saya sudah perkirakan ditulisan saya terdahulu, bahwa kasus century akan memakan waktu dua bulan tahun 2010 dan sudah saya duga tidaka akan mengahsilkan keputusan apa-apa. Semua ngambang dan menjengkelkan, KPK yang konon satu-satunya lembaga yang diharapkan oleh ICW untuk menyelesaikan atau mengungkap kasus ini juga akan kandas tidak berani menyentuh pokok permasalahan.Apalagi kalau sudah membentur tembok besar semua akan terpental mundur. Mandek dan rakyat akan kecewa, sudah begitu ngototnya Bibit SR dan Chandra Hamzah dibelain para facebooker, tapi nyatanya nggak punya nyali.

Tahun 2010 ini pasti akan banyak lagi kasus korupsi yang akan diungkap sudah mulai Bachtiar Hamsyah, sebentar lagi Menteri yang lain akan dibuka selain kasus Miranda Gultom sudah mulai dibuka juga ramailah dunia hukum kita.Apalagi RCTI telah menayangkan praktek mafia peradilan di Indonesia yang sangat blak-blakan, ya memang seperti itu adanya sejak dahulu. Para penegak hukum bilang laporkan kalau ada anak buah yang berbuat seperti itu,jawabnya siapa yang mau lapor karena kedua belah pihak bagaikan siluman yang licin dan nggak mau ketahuan orang. Mana mungkin ada yang berani lapor wong dua-duanya sama2 butuh. Yang satu butuh uangnya yang satu butuh perkaranya cepat selesai atau hukumannya ringan.

Paling2 tahunya setelah ada vonis kok itu diganjar sekian bulan sedangkan Maniseh dan anaknya dihukum juga sekian hanya karena gresek buah randu. Toh yang tahu hanya yang berkepentingan saja, yang lain kan hanya menonton dan menebak-nebak. Kata Busyro Muqoddas tukang parkir dan warung nasi bisa atur perkara kan hebat juga orang Indonesia, apalagi Anggodo dan Yuliana pasti sangat canggih.

Yang penting orang Jawa / Ronggowarsito bilang, jamane uwis edan ora edan ora uman. Ning sing lewih begja ya sing eling lan waspada.

Candiwulan, malam Kamis Pon 20 Shaffar 1431H.