Minggu, 26 September 2010

hari minggu di pasar minggu- jakarta

Hari minggu di PasarMinggu,
menyaksikan ponakan jadi penganten,
anak pertama adikku turunan bima
dapat lelaki turunan sunda
tak mengapa itu takdir yang kuasa
semua mereka tampak bahagia,
semoga Allah meridhoi-Nya
Barokallahu laka wa baroka 'alaika
wa jama'kuma fil khoir... amin

Jumat, 24 September 2010

Selingkuhan Suamiku Selebriti ( Sebuah Cerpen oleh : Sam Edy Yuswanto )

Selingkuhan Suamiku Selebriti

Sabtu, 3 Juli 2010 | 05:11 WIB (dimuat di Kompas.com)

Cerpen: Sam Edy Yuswanto - Anggota FPK

Perempuan itu terlihat begitu tegar sambil sesekali menyeka buliran bening yang meluncur pelan dari kedua sudut matanya yang terlihat kuyu. Ia tak banyak bicara lagi saat para wartawan memberondonginya dengan berjuta pertanyaan urusan pribadi rumah tangganya. Perempuan itu lelah. Lelah dengan tingkah suaminya, seorang pengacara, yang terjerat jalinan cinta terlarang dengan klien-nya sendiri, perempuan yang masih muda, cantik, selebriti papan atas, terpidana kasus narkoba yang kini meringkuk di jeruji besi. Dia juga lelah dengan pertanyaan-pertanyaan para wartawan yang terus menguntitnya kemana pun ia pergi.

“Mbak Dian, gimana perasaan anda saat mengetahui suami anda berpelukan dan berciuman mesra dengan Yuliana,” reporter perempuan berkaca mata itu mencegatnya saat Dian akan masuk mobilnya. “Iya, Mbak. Apakah Mbak Dian akan minta cerai?” tanya yang lainnya.

Ah! Pertanyaan itu lagi. Jenuh rasanya Dian harus menjawabnya. Tak ada yang perlu diklarifikasi lagi. Toh, semua stasiun televisi telah terang-terangan menayangkan adegan tak bermoral yang semestinya tak dilakukan oleh lelaki pengacara seperti suaminya. Pun kabar perselingkuhan yang akhir-akhir ini begitu santer dan jadi topik utama di setiap acara infotainment. Dan sepertinya, mereka, para awak media itu yang lebih tahu – mungkin lebih tepatnya sok tau – informasi mengenai prahara rumah tangganya.

“Maaf, saya buru-buru harus njemput anak saya,” gegas Dian merangsek maju sambil membuka cepat pintu mobil Inova-nya. Tapi para wartawan itu terus memburunya. Kini Dian baru tahu dan merasakan, kenapa para selebriti itu kerap emosi dan mengata-ngatai kotor para wartawan yang – menurutnya – kurang punya etika itu.

“Tapi, jawab dulu dong Mbak, pertanyaan saya, gimana perasaan Mbak saat sua…”“Maaf, Mbak. Saya pikir Mbak sudah tau jawabannya. Sekarang saya mau tanya, apakah Mbak sudah punya suami?” potong Dian cepat, sepertinya kesabarannya hampir khatam, seraya masuk ke dalam mobilnya.

“Iya, Mbak, saya sudah punya suami, anak saya malah dua,” jawab reporter berkaca mata itu.“Gimana reaksi dan perasaan Mbak, jika suami Mbak berciuman dengan perempuan lain di depan mata kepala Mbak sendiri,” kejar Dian.

Reporter perempuan itu terdiam sejenak, nampaknya sedang berfikir. Sepersekian detik berlalu.

“Ya, saya nggak bisa terima dong, Mbak, akan saya labrak perempuan jalang itu karena telah mengganggu rumah tangga orang,” ujar reporter itu tegas.“Nah, Mbak udah tau jawaban dari pertanyaan Mbak sendiri, kan?” pungkas Dian sambil menaikkan kaca jendela mobilnya. “Mbak, Mbak, sebentar, saya mau tanya lagi, apakah Mbak akan menuntut Yuliana yang telah menghancurkan rumah tangga Mbak Dian, Mbak, Mbak Dian, tunggu sebentar Mbak, Mbak!” reporter itu sepertinya masih belum puas menginterogasi lantas mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Dian.

Wush! Sayangnya mobil Inova itu telah melaju kencang, menyisakan kekecewaan di hati para wartawan infotainment yang tak pernah lelah memburu berita aktual dan penuh sensasi itu.

***

“Mas aku minta cerai,” Dian benar-benar sudah sampai pada puncak kesabaran sore itu.

Restu, suaminya tak bergeming, kaget pun tidak saat istrinya mengucapkan kata ‘cerai.” Pembawaannya begitu tenang, kalem, bak lelaki suci yang sama sekali tak pernah bersentuhan dengan perempuan lain kecuali istrinya sendiri. Huh! Dasar lelaki berdarah dingin, tapi kelakuannya sungguh tengik! Gerutu Dian diam-diam.

“Mas, kamu dengerin aku nggak, sih?” Dian muntab dengan sikap suaminya yang tanpa ekspresi.“Ya, terserah kamu sajalah, memangnya kamu mau makan apa setelah aku ceraikan nanti, hah?” tanyanya santai dengan kedua alis naik beberapa centi. Pembawaannya tetap kalem. Benar-benar Dian tak menyangka suaminya akan melontarkan kata-kata semacam itu.“Oh, jadi kamu pikir aku nggak bakalan bisa nyari duit setelah kamu ceraikan, begitu? Mas, aku sarjana ekonomi. Banyak kantor-kantor yang butuh tenagaku!” darah Dian mendidih.

Restu hanya menyeringai. Lalu…

“Sudahlah, tak usahlah kamu aneh-aneh, pakai minta cerai segala,” katanya enteng.“Apa? Kamu bilang aku aneh? Setelah melihat kamu berciuman di depan kamera para wartawan dengan perempuan jalang murahan yang sedang cari sensasi itu!” teriak Dian berapi-api.“Sudah kukatakan berulang kali, perempuan itu tak ada hubungan apa-apa denganku. Dia hanya klien-ku, tak lebih!” nada Restu mulai meninggi.“Sudahlah, Mas, kamu nggak usah berkelit lagi. Semua orang juga sudah tahu tingkah lakumu di luar sana!” sergah Dian lalu keluar kamar sambil membanting pintu keras-keras.

Di luar kamar, air mata Dian langsung mengurai deras, membanjiri kedua pipi mulusnya. Dian sungguh bingung, tak tahu lagi harus berbuat apa untuk mempertahankan rumah tangganya yang nyaris karam. Yang ia ingin hanyalah punya keluarga yang tenang, tanpa kehadiran orang ketiga. Padahal, sepengetahuannya, selama ini Restu adalah suami yang baik tak macam-macam saat di luar rumah.

Beberapa kali sudah suaminya menangani kasus para selebriti cantik-cantik yang tersandung masalah. Tapi baru kali ini ia tergoda oleh rayuan binal klien-nya sendiri. Sungguh, Dian tak habis pikir, perempuan macam apa klien-nya suaminya itu. Kemanakah nurani keperempuannya hingga ia begitu tega merebut suami orang? Bahkan perempuan bernama Yuliana itu blak-blakan bilang ke muka umum kalau ia benar-benar sayang dan cinta sama suaminya. Sepertinya cinta telah menggelapkan segalanya. Bahkan Yuliana terang-terangan bicara di depan umum kalau ia tak peduli lagi dengan cap ‘perebut suami orang’ yang kerap ditujukan padanya.

Sejujurnya dalam hati kecil Dian, ia sama sekali tak ingin bercerai dari suaminya. Seandainya suaminya terbukti selingkuh pun, dia akan mencoba memaafkan asalkan tak diulanginya lagi. Itu semua ia lakukan demi Nana, anak gadis semata wayangnya. Dian tak ingin Nana menjadi anak yatim, seperti dirinya, yang sedari kecil tak bisa merengkuh kasih sayang seorang ayah, karena ayah keburu meninggal saat ia baru berusia dua setengah bulan.

***

“Maa, tadi Nana lihat Papa ciuman dengan perempuan cantik di teve, perempuan itu siapa sih Maa, saudaranya Papa ya, kok Nana nggak kenal,” pertanyaan polos Nana malam itu sungguh membuat ulu hati Dian seperti tersilet-silet. Perih. Dian tak tahu, harus menanggapi bagaimana tentang pertanyaan Nana, anak gadis semata wayangnya yang baru kelas lima SD.

“Ma, kok diam saja, perempuan itu siapa sih, Ma,” tanya Nana lagi membuat kedua kelopak mata Dian langsung mengembun. Namun ia mencoba tetap tersenyum. Dia harus terlihat tegar di depan anaknya. Lalu, direngkuhnya pelan kepala Nana dan membenamkannya ke dalam pelukannya.

“Na, perempuan itu teman kerjanya Papa,” hanya itu yang terucap dari mulut Dian seraya mengelus-elus pelan rambut Nana.

“Kok Papa mesra banget sama teman kerjanya, Ma. Pakai peluk dan ciuman segala. Oh, iya Ma, tadi Nana dengar di teve, katanya Papa selingkuh. Selingkuh itu apa sih, Ma,” tanya Nana lebih jauh.

Oh, Tuhan! Sungguh Dian tak menyangka, kalau anak gadisnya akan melontarkan pertanyaan yang tak pernah Dian duga sama sekali. Dan kali ini, Dian tak kuasa lagi menahan butir-butir bening yang langsung menggenangi pelupuk matanya, mewakili jawaban atas pertanyaan anaknya. Kalau bukan karena Nana, tentu sudah sedari dulu ia melayangkan gugatan cerai pada suaminya dan melabrak perempuan laknat yang doyan menggoda suami orang itu di penjara.

***

Kebumen, 13 Februari 2010



Kunjungan FPK ke Suara Merdeka

Rencana kunjungan Forum Penulis Kebumen ke Suara Merdeka Insya Allah akan terlaksana karena Kamis pagi (23/9) kami, Ambijo, M.Syahri Nurwahab dan Sukron Makmun selaku Pengurus FPK telah menghadap Ass I / Bid. Pemerintahan Bapak H.Adi Pandoyo SH MSi, telah disepakati bahwa besok pada hari Rabu tanggal : 6 Oktober 2010, pemkab dapat menyediakan fasilitas sebuah bis lengkap dengan BBM serta pengemudinya untuk ke Semarang bersama beliau dan Mas Komper Wardopo.

Anggota yang diperkirakan ikut berjumlah 20 orang terdiri dari anggota aktif yang selalu hadir pada rapat-rapat / kegiatan FPK serta tidak lupa aktif juga menulis di media.

Semoga dengan kunjungan nanti akan menambah semangat menulis dan tahu persis proses pembuatan koran Suara Merdeka dan direncanakan pula sowan silaturahmi dengan Wakil Gubernur Ibu Dra. Hj. Rustriningsih MSi.

Semoga tiada aral melintang, kepada anggota untuk segera mendaftarkan diri pada Sdr. Sukron Makmun tanpa dipungut biaya apapun ( gratis ). Salam.

Jumat, 03 September 2010

API PERADABAN ISLAM SEHARUSNYA DINYALAKAN KEMBALI

API PERADABAN ISLAM SEHARUSNYA DINYALAKAN KEMBALI

“ Dengan sinar ilmu dan iman yang merujuk Al Qur’an dan As-Sunah yang merupakan api peradaban Islam, Sahabat Umar bin Khattab r.a dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mengembangkan pengaruh Islam ke beberapa negara sekitar Timur Tengah seperti, Mesir, Sudan, Ethiopia, Siria, Yordan, Libanaon, Quwait, Emirat Arab, Dubai, Irak, Iran dan lainnya dengan damai tanpa perlawanan. Kemudian sejak abad ke 7 sampai abad 15 selama 8 abad, Dunia Islam menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, cemerlang menjadi pelopor kemajuan zaman. Namun setelah umat Islam meninggalkan semangat sinar api peradaban Islam yang pernah jaya pada waktu itu, sekarang tinggal mendapatkan sisa-sisa abu peradaban. Yang tersisa justru tinggal pengaruh Yunani dalam bidang filsafat, Rumawi dalam bidang pemerintahan, India dalam bidang mistis sufiisme dan ilmu pengetahuan dari Barat, yang itu semuanya justru makin melemahkan keberadaan Islam” demikian penegasan Dr.Agung Danarto M.Ag dalam ceramah peringatan Nuzulul Qur’an yang diselenggarakan Majlis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kebumen malam Kamis lalu (25/8) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jl. Indrakila Kebumen.

Diawali sholat ‘isya dan tarawih bersama yang diikuti segenap pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda, Nasyiatul Aisyiah, Cabang dan Ranting , pejabat dan tokoh masyarakat serta umat Islam di Kebumen. Bertindak selaku imam Alif Muharrom S.Ag , guru MAN 2 Kebumen. Kemudian tepat pukul 20.00 acara peringatan Nuzulul Qur’an dimulai, diawali dengan bacaan ayat2 suci Al Qur’an oleh ustad Ridwan dan sekedar sambutan Ketua PDM yang diwakili oleh Drs. H.Abduh Hisyam yang mengharap agar anggota Muhammadiyah Kebumen dan juga para dermawan bersedia mengulurkan bantuannya untuk menyempurnakan fasilitas AC gedung Dakwah yang belum maksimal mendinginkan ruangan sehingga nyaman untuk penyelenggaraan kegiatan apapun.

Dr. Agung Danarto MAg, yang Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melanjutkan : Untuk menyulut kembali api peradaban Islam tiada lain, harus ada upaya keras terutama Pimpinan Muhammadiyah agar “ tafaquh fid din “ dengan jalan memahami, menghafal dan mengamalkan Al Qur’an sebagaimana dilakukan para sahabat pada zaman Rasulullah sehingga Islam akan mampu tumbuh berkembang memimpin dunia, Tidak menjadi umat terbelakang seperti yang terjadi sekarang ini. Saat ini kebanyakan baru pada tataran dapat membaca Al Qur’an secara harfiah, belum memahami, belum banyak hapalannya apalagi mengamalkannya. Sekali lagi Agung Danarto mengajak warga Muhammadiyah untuk benar-benar mau menyalakan api peradaban Islam dengan merujuk pada Al Qur’an dan As Sunah disaat Muhammadiyah mulai memasuki abad ke 2-nya, dimana peringatan 1 abad Muhammadiyah bersamaan dengan Muktamar di Yogyakarta baru saja diadakan bulan lalu.

Sementara itu Imam Romzan Fauzi S.Th.I dari MTDK-PDM menjelaskan bahwa dalam rangka bulan Romadhan tahun 1431 H ini, PDM menyelenggarakan kegiatan, antara lain jamaah sholat tarawih, buka bersama dan santunan sembako untuk kaum dhuaafa setiap hari Ahad serta kunjungan ke Cabang2 Muhammadiyah di Kebumen. Juga disampaikan bahwa malam Sabtu ini juga ada kegiatan peringatan Nuzulul Qur’an bertempat di Balai Kelurahan Panjer dengan pembicara Anang Rikza Mashadi Lc dari PP Muhammadiyah Yogyakarta.

M.Syahri Nurwahab
Candiwulan Rt 03 / 01
Kebumen 54351
HP : 085291063692

PUASA BERSAMA BUPATI BARU

PUASA BERSAMA BUPATI BARU
Oleh M.Syahri Nurwahab

Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang datang setiap bulan ramadhan sebagai bulan uji raga dan jiwa untuk menguatkan iman bagi pelakunya.

Kebumen tahun ini ada fenomena lain bahwa datangnya bulan puasa beriringan dengan dilantiknya Bupati Winarso SE dan wakilnya Djuwarni A.Md Pd, 26 Juli yang lalu. Tampaknya akan ada suasana baru , bila terdahulu pendopo dihuni oleh seorang bupati yang kyai, ulama, sekarang ini pendopo dan masjid agung bakal menjadi ajang puasa bagi bupati baru yang berasal dari kalangan saudagar.

Penulis berasumsi bahwa Ramadhan kali ini akan lebih bernuansa bisnis karena pada umumnya bulan puasa adalah bulan dagang dalam arti luas. Dagang pertama kita semua mencoba “membeli” surga dan kebajikan dengan tiket puasa, keprihatinan, kesederhanaan dan pengendalian diri. Dagang kedua adalah semua pihak seolah ingin “menjual” apa saja demi mendapat keuntungan untuk persiapan lebaran yang biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit, ada baju baru, sarung baru, peci baru bagi kaum adam.Jilbab baru, baju muslimah baru, serta isi toples yang akan disajikan dimeja tamu bagi kaum hawa. Sehingga semua tampak berlomba dagang dalam suasana berpuasa yang berharap untung di dunia dan akhiratnya.

Padahal sesungguhnya berpuasa itu berarti mengekang semua hasrat yang bisa menjerumuskan pada sifat-sifat kebinatangan yang rakus, tidak pernah rukun dan tidak tahu malu dari mulai imsak sampai terbenamnya matahari. Ingin menang sendiri, ingin benar sendiri dan ingin selalu mengalahkan pihak lain dengan segala kelicikannya merupakan sifat naluri binatang yang seharusnya tidak usah disandang bagi pelaku puasa.

Akankah puasa kita bisa mencapai tujuan sebagaimana difirmankan Allah dalam Surah Al Baqarah 183, yang intinya kita semua berpuasa agar menjadi orang yang takwa. Ataukah puasa kita akan sama dengan tahun lalu yang tidak berdampak positif, karena ternyata LP Kebumen dan kantor polisi masih penuh sesak dengan orang-orang yang diduga bersalah karena melakukan kejahatan yang keluar dari garis ketakwaan.

Kalau dilihat secara fisik malam-malam bulan puasa sungguh sangat mengesankan. Masjid, musholla penuh sesak orang bertarawih, kantor pemerintah, kampus, sekolahan juga tidak mau ketinggalan menggelar kegiatan buka bersama, tarawih, tadarus dan pengajian. Radio dan TV pun gegap gempita menyiarkan acara yang bernuansa puasa. Hampir-hampir tiada ruang kosong tanpa simbul “kepuasaan”. Semua berhidmat satu tujuan bulan ramadhan harus diisi kegiatan positip, sehingga betul-betul syaitan telah terbelenggu adanya.

Namun anehnya dengan tidak sadar dibulan suci ini, ada kebiasaan yang bertentangan dengan niatan awal berpuasa. Coba lihat jika sore menjelang berbuka semua toko, warung, penjual makanan seolah diserbu pembeli yang sebetulnya dirumah masing-masing mereka telah menyiapkan cukup makanan untuk berbuka, namun karena menuruti nafsu justru mereka malah berbelanja melebihi kebutuhan yang semestinya.

Harapan Baru.

Jika niat puasa yang benar telah dipahami bersama, bagaimana kiranya Bupati kita yang baru dapat memberi contoh dengan anjuran berbuka seadanya, kalaupun ada kelebihan uang atau makanan segeralah diberikan kepada kaum fakir, dhuafa yang sebenarnya cukup banyak disekitar kita. Karena kita umat paternalis, alangkah baiknya bila himbauan dan contoh dari beliau bukan sebagai alat pencitraan tetapi berupa ketulusan, kesederhaan apalagi orang tahu bahwa Bupati kita berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, miskin dan “nelangsa”. Jika sekarang menjadi bupati karena diberi rejeki berlimpah dari Tuhan bukan berarti apa yang dimiliki harus dimubazirkan dengan acara dan kegiatan yang kurang ber-empati kepada kaum papa. Alangkah naifnya bila makin tinggi derajat seseorang makin lupa dengan asal-usul, makin kaya seseorang makin lupa bersyukur, makin terkenal seseorang makin menjauh dari teman, padahal niat puasa adalah membentuk jiwa lebih baik, lebih perasa dan lebih peduli sesama. Janganlah puasa hanya menjadi perilaku “wadag” tanpa ada perubahan etos batin untuk selalu ingat kepada rakyat yang kurang gizi, kurang makan, kurang biaya pendidikan, tidak bisa membayar ongkos rumah sakit , mereka yang terlantar hidup mengemis dan menggelandang. Dan janganlah puasa malah makin konsumtif, makin mengumbar nafsu jika malam hari tiba, puasa tambah boros. Bahkan semua jadi tidak sadar untuk apa mereka berpuasa.

Harapan baru yang lain kepada Bapak Bupati semoga puasa tahun ini sejak awal hingga akhir bulan tidak terdengar suara mercon yang sangat mengganggu dan juga warung-warung tidak buka selama bulan puasa kecuali bagi pengusaha non muslim. Sehingga akan tampak suasana baru berpuasa dengan Bupati baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebetulnya umat juga sepakat bila Ramadhan ini dijadikan bulan pelatihan peningkatan mutu bathin bukan menjadi bulan pemborosan.



M.Syahri Nurwahab
Pegiat Forum Penulis Kebumen

Candiwulan Rt 03 / 01
Kebumen 54351 – Rek. Danamon No. 95436101

YANG LAIN BMT, MUHAMMADIYAH DIRIKAN BTM

Yang lain BMT, Muhammadiyah Dirikan BTM

Dalam kegiatan rutine Ahad ke 3 tiap bulan yang bulan ini jatuh tanggal 18 Juli 2010, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen menyelenggarakan pengajian yang diikuti anggota dan simpatisan Muhammadiyah se Kabupaten bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyyah Jl. Indrakila Kebumen.

Tausiyah dan kajian diisi oleh Ketua PDM KH Mudhofir BA yang menekankan bahwa umat islam pada umumnya baru senang berkumpul tapi belum senang dan belum bisa berbaris. Beliau menyampaikan andaikata saja umat islam yang sudah sangat gandrung berkumpul, dimana-mana bila ada acara yang berbentuk seremoni apalagi yang berbentuk ibadah berduyun-duyun mereka menghadiri dan mengikutinya mau untuk menyusun barisan dibawah satu komando dengan aba-aba yang jelas dan yang pasti harus patuh pada komandan pastilah keberhasilan umat dalam segala bidang akan tampak nyata. Kita tidak menutup mata bahwa jumlah umat islam besar tapi tampaknya prestasinya kecil karena tidak pernah berbaris dengan baik.

Oleh karenanya, prihatin dengan keadaan umat, PDM Kebumen di tahun terakhir masa bhakti / hidmat-nya ( 2005 -2010 ) mencoba untuk menyusun barisan umat dalam sektor ke-ekonomi-an dengan mendirikan BTM bukan BMT. BTM adalah singkatan dari Baitul Tamwil Muhammadiyah bukan baitul maal wa tamwil sebagaimana yang sudah muncul dimana-mana. Kenapa beda, karena Muhammadiyah telah memiliki Baitul Maal secara permanen dengan sebutan LAZIS (Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh) Muhammadiyah yang ada disemua tingkatan kepemimpinan dari Pusat sampai Ranting. BTM ini dimaksudkan untuk mentasharufkan sebahagian hasil dari Lazis untuk ekonomi produktif membantu pengusaha / pedagang ekonomi lemah ( Pegel ) diantara anggota dan umat islam pada umumnya. Disamping modal awal dari hasil Lazis tercatat beberapa pengusaha di Kebumen yang sudah siap berjuang membantu permodalan BTM Muhammadiyah.

Dalam kesempatan acara pengajian yang selalu dimulai pukul 06.00 dan diakhiri pukul 07.00 disaksikan para jamaah telah dilantik pula kepengurusan BTM dengan SK No. 053/Kep/III.0/D/2010 tertanggal 17 Juli 2010 s.b.b ; Penasihat/Pengwas Syar’i Ketua Majlis Tarjih, Pengawas Operasional Ketua Majlis Ekonomi & Kewirausahaan, Ketua Drs.H Bambang Hudrayanto Nasa Msi, Ketua II HM Abduh Hisyam S.Ag., Sekretaris H Romelan S.Ag, Bendahara I Halim Darmawan SH, Bendahara II Milyono SH, Anggota : Ir.H Sumanto, H. Slamet Jumadi, H Sukamto SE, Drs Slamet Budiono, Ir H Jarot dan H Abdul Rois.

Mereka adalah para tokoh yang sudah berpengalaman dalam Bank Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Kemasyarakatan sehingga diharapkan akan mampu berbuat maksimal penuh waktu karena banyak yang telah purna tugas. Sebelum bulan Ramadhan,setelah dilengkaspi dengan Manajer Operasional dan staff kantor yang profesional diharapkan BTM sudah bisa melayani umat dalam menghadapi prepegan menjelang Lebaran (ms)