Minggu, 28 Agustus 2011

Sismiop Kenapa Mesti Ribut

Sismiop Kenapa Mesti Ribut
Oleh M.Syahri Nurwahab


Akhir-akhir ini masalah Sismiop atau Sistim Manajemen Informasi Obyek Pajak menjadi sangat ramai di Kebumen, dimulai dari desa Mrentul Kecamatan Bonorowo beberapa saat lalu menjalar ke barat ke wilayah Kecamatan Puring yang menjadi prihatin sampai ada demo besar-besaran ke DPRD Kebumen dengan tuntutan untuk meniadakan Sismiop dan terakhir terbetik berita ada kekerasan antara pihak desa dengan warganya.

Padahal setahu penulis selaku mantan Sekretaris Desa, Sismiop sudah berjalan sejak tahun 1995 selagi Kantor Pelayanan Pajak untuk PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan ) masih berada di Purworejo. Lima belas tahun berjalan tanpa ada reaksi apapun justru desa-desa yang mendapat kegiatan program Sismiop merasa senang dengan tertata rapinya peta desa dan juga nama wajib pajak tersusun rapi dengan jelas per blok. Jumlah baku PBB juga menjadi jelas dan siapa yang harus bayar pajak juga jelas, kalaupun ada tanah yang mesti harus "bebas pajak / putih" juga menjadi sangat jelas. Contoh tanah untuk Masjid, Mushola, Kuburan, SD, Kantor Balai Desa dan kantor-kantor lain yang ada di desa itu.


Sismiop sangat menguntungkan bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen dan juga Kabupaten-kabupaten lain di Indonesia karena dengan kejelasan obyek pajak dan nama wajib pajak serta penetapan pajak yang dihimpun dalam DHOP ( Daftar Himpunan Obyek Pajak ) tahunan bisa diketahui dengan jelas berapa target PBB tahun berjalan yang sangat berguna untuk pembiayaan pembangunan daerah. Dan bagi daerah tidak menjadi masalah karena anggaran Sismiop adalah anggaran Pemerintah Pusat melalui Dirjen Pajak Departemen Keuangan.

Surat Penetapan Pajak Terhutang ( SPPT ) yang biasa terbit dan diserahkan pada awal April diberikan jangka waktu 6 (enam ) bulan sampai 30 September untuk melunasinya, sehingga secara sistematis PBB akan terkumpul dengan waktu yang jelas sehingga pada bulan Oktober diharapkan seluruh target pemasukan PBB sudah terealisasi seluruhnya. Idealnya demikian namun praktek lapangan kadang masih ada desa yang belum bisa melunasi dengan alasan beberapa faktor yang hampir klise setiap tahun, tetapi pada intinya hal pelunasan PBB pernah penulis tulis di Surat Pembaca tahun 2007 lalu dengan judul " Mengapa PBB Tidak Lunas ".

Adapun efek Sismiop yang diributkan saat ini bukan Sismiop-nya tapi pada persoalan pungutan desa kepada wajib pajak yang sedang diukur ulang tanahnya. Perihal ini mestinya Kepala Desa beserta BPD, LKMD dan RT/RW harus bermusyawarah karena merupakan kerja besar yang dilakukan oleh Perangkat Desa sebagai pendamping Petugas Ukur / Gambar sekaligus Petugas Administrasi SPOP yang harus mendapatkan legalitas dari WP dan Kepala Desa dengan lampiran Foto Copy WP, bukanlah kerja ringan yang bisa disambil lalukan. Bisa 3 ( tiga ) bulan penuh perangkat desa atau unsur lain jika telah diterjunkan dalam program ini tidak bisa kerja lain termasuk mengolah sawah, mencari rumput, dagang dan sebagainya. Inilah yang harus diperhatikan oleh semua pihak bahwa mereka kerja totalitas bahkan siang malam meninggalkan kepentingan kehidupan pribadinya. Jikaulah ada pungutan operasional kemanusiaan setiap bidang misalnya Rp. 5.000 -- Rp. 10.000,- ( Sepuluh Ribu Rupiah ) untuk biaya konsumsi, rokok, lembur  dan sebagainya bagi petugas desa dan bukanlah untuk petugas yang dari KPP sangatlah wajar dan manusiawi sekali.

·                    Sosialisasi dan Kesepakatan

Adapun bagi Wajib Pajak baru yang memperoleh peralihan hak secara jual beli, waris, hibah  dari pihak lain seharusnya Kepala Desa tetap mengenakan biaya pologoro yang telah diatur dalam Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan juga Peraturan Desa yakni 2,5% dari harga obyek pajak. Dan ini harus disosialisasikan kepada semua mereka yang ingin merubah nama / mutasi nama wajib pajak sehingga telah mempersiapkan biaya jauh-jauh hari sesuai peraturan yang berlaku. Adapun jika misalnya Kepala Desa dan semua unsur desa ingin meringankan biaya mutasi ini bisa saja disepakati secara khusus hanya pada saat " ricikan " ini biaya diturunkan menjadi 2% , 1% atau dengan kesepakatan lain asalkan semua unsur lembaga desa dan tokoh masyarakat desa sudah setuju dan dibuktikan dengan Berita Acara dan dilampiri daftar hadir rembug / musyawarah lembaga desa tersebut. Dan ini bukan biaya ricikan tapi biaya mutasi tanah yang syah.

Jika hal ini telah dilakukan dengan baik penulis yakin semua persoalan yang ada di desa sudah terjawab dengan sendirinya, tidak ada lagi celah bagi mereka yang ingin merusak atau mengganggu suasana kerja dan kegiatan apapun yang ada di desa. Memang ada sementara pihak yang menganggap situasi desa masih seperti jaman dulu, jika Kepala Desa sudah berkehendak semua harus mematuhi dan tunduk. Jaman telah berubah semua orang ingin tahu, ingin mengerti, bagaimana, kenapa, mengapa dari mana dan kemana arah program Pemerintah yang sedang dilakukan.

Bagi desa yang sudah terbuka justru semua rapat-rapat dan musyawarah sudah dianggap membosankan. Akan tetapi bagi desa yang suka tertutup rapat, kumpulan dan musyawarah desa adalah merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh warganya, sehingga apabila tahu-tahu ada program berbentuk apapun masyarakat mereaksi dengan keras untuk mengoreksi atau bahkan menolaknya.

Apakah di desa-desa yang telah dan sedang mengadakan " ricikan " prosedur ini telah ditempuh atau belum seharusnya para Camat dan juga pihak KPP bisa menelusurinya sehingga tidak akan terjadi Sismiop kok diributkan, ditolak bahkan ada yang usul untuk ditiadakan, tragis sekali. Apalagi akan menggunakan tenaga BPN mana mungkin mereka mau dan mampu, permohonan pengajuan Sertifikat saja sudah menumpuk dan berapa rakyat harus bayar jika menggunakan tenaga BPN. Makanya pada waktu BPN mendapat Program Ajudikasi Seritifikasi Tanah BPN pun mempekerjakan tenaga pengukur dan administrasi dari pihak ketiga. Selayaknya bagi siapa saja yang tidak faham tentang pertanahan seyogyanya tidak komentar tentang hal itu. Semoga menjadi jelas adanya.

M.Syahri Nurwahab
Pegiat Forum Penulis Kebumen

Desa Candiwulan RT 03 / 01
Kebumen 54351

Kemiskinan


Empat hari lagi Romadhon akan berakhir
Ternyata masih banyak sekali yg kufikir
Apakah puasa,tarawihku dihitung dzikir
Atau tadarus,iktikaf ku tidak di afkir
Bagaimana nasib kaum papa dan fakir
Apa mereka sudah dicatat tidak teranulir
Dari dulu mereka tetap kaum terpinggir
Peran Ulama dan Umara mesti lebih mahir
Giatkan zakat sbgai solusi kemiskinan berakhir
Kamis pukul 10:27 · Privasi: · ·

Ayam Sabung

Seminggu ini orang sudah tampak begitu bingung
Semua beralasan kita harus segera pulang kampung
Mereka sudah tidak pernah lagi berpikir rugi untung
Yg penting segera sampai dirumah utk bergabung
Bersama orang tua saudara sahabat walau di gunung

Berkendaraan sendiri atau naik bis sambung menyambung
Dijalan penuh kemacetan mesin berbunyi meraung-raung
Penuh kelelahan bahkan melebihi ukuran waktu terkepung
Banyak omelan umpatan kadang bertengkar juga bertarung
Berpuasa kok malah jadi ayam sabung
24 Agustus jam 5:03 · Privasi: · ·

Bantuan kawan...

Semalam doaku didengar Tuhan
Kawan baruku memberi bantuan
Dia empati pada penderitaan teman
Segala cara dia tempuh penuh korban
Diulurkan padaku sebuah pertolongan
Demi merajut niat sebuah persahabatan
Meretas sebuah harapan di masa depan
Mengupayakan hidup ada perubahan
Sehingga setiap saat tidak kehilangan
Kesempatan maju untuk sebuah kehidupan
Tak lupa kuucapkan terima kasih kawan
Bantuanmu sangat menggembirakan.
23 Agustus jam 5:02 · Privasi: · ·

Gelap telah mengepung

Senja kan menutup hari
Gelap kan segera tiba
Langit memerah manja
Matahari sembunyi disana

Hatiku bagaikan senja ini
Bahkan telah masuk malam
Disana langit malah mendung
Gelap telah mengepung relung

Tak ada secercah cahaya
Tak ada rembulan bersinar
Taka ada bintang berkelip
Tak ada lampu menyala

Oh Tuhan tolonglah hamba !
22 Agustus jam 4:39 · Privasi: · ·

Sudahkah kita sabar..

Dengan puasa kita menjadi sabar
Dengan puasa kita menjadi sadar
Dengan puasa kita siap mendengar

Dengan puasa hati tak boleh terbakar
Dengan puasa lisan tak boleh berkoar
Dengan puasa nafsu tak boleh bergetar

Dengan puasa mata tak boleh nanar
Dengan puasa akal tak boleh nyasar
Dengan puasa jiwa tak boleh bingar

Sudahkah kita sabar, sadar dan mendengar
Jika belum apakah nilai puasa akan tercemar
Usahakan puasa kita lebih maju tak gentar.
21 Agustus jam 3:49 · Privasi: · ·

Malam2 maghfirah..

Sepuluh malam maghfirah telah lewat
Sepuluh malam terakhir penuh berkat
'Itqum minnan naar telah masuk mengikat
Perbanyak i'tikaf dan semua jenis ibadat

Agar tujuan puasa bisa terlaksana erat
Menjadi mutaqiin lahir bathin yang sehat
Bagaikan bayi yang lahir dengan selamat
Bersih suci tanpa dosa dan juga ma'siat
Jiwa berjanji keras tak akan berbuat jahat

Kepada sesama saudara, negara dan sahabat
Agar tercipta masyarakat yang bermartabat
Hidup berbangsa dan bernegara penuh manfaat
20 Agustus jam 4:20 · Privasi: · ·