Jumat, 03 September 2010

PUASA BERSAMA BUPATI BARU

PUASA BERSAMA BUPATI BARU
Oleh M.Syahri Nurwahab

Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang datang setiap bulan ramadhan sebagai bulan uji raga dan jiwa untuk menguatkan iman bagi pelakunya.

Kebumen tahun ini ada fenomena lain bahwa datangnya bulan puasa beriringan dengan dilantiknya Bupati Winarso SE dan wakilnya Djuwarni A.Md Pd, 26 Juli yang lalu. Tampaknya akan ada suasana baru , bila terdahulu pendopo dihuni oleh seorang bupati yang kyai, ulama, sekarang ini pendopo dan masjid agung bakal menjadi ajang puasa bagi bupati baru yang berasal dari kalangan saudagar.

Penulis berasumsi bahwa Ramadhan kali ini akan lebih bernuansa bisnis karena pada umumnya bulan puasa adalah bulan dagang dalam arti luas. Dagang pertama kita semua mencoba “membeli” surga dan kebajikan dengan tiket puasa, keprihatinan, kesederhanaan dan pengendalian diri. Dagang kedua adalah semua pihak seolah ingin “menjual” apa saja demi mendapat keuntungan untuk persiapan lebaran yang biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit, ada baju baru, sarung baru, peci baru bagi kaum adam.Jilbab baru, baju muslimah baru, serta isi toples yang akan disajikan dimeja tamu bagi kaum hawa. Sehingga semua tampak berlomba dagang dalam suasana berpuasa yang berharap untung di dunia dan akhiratnya.

Padahal sesungguhnya berpuasa itu berarti mengekang semua hasrat yang bisa menjerumuskan pada sifat-sifat kebinatangan yang rakus, tidak pernah rukun dan tidak tahu malu dari mulai imsak sampai terbenamnya matahari. Ingin menang sendiri, ingin benar sendiri dan ingin selalu mengalahkan pihak lain dengan segala kelicikannya merupakan sifat naluri binatang yang seharusnya tidak usah disandang bagi pelaku puasa.

Akankah puasa kita bisa mencapai tujuan sebagaimana difirmankan Allah dalam Surah Al Baqarah 183, yang intinya kita semua berpuasa agar menjadi orang yang takwa. Ataukah puasa kita akan sama dengan tahun lalu yang tidak berdampak positif, karena ternyata LP Kebumen dan kantor polisi masih penuh sesak dengan orang-orang yang diduga bersalah karena melakukan kejahatan yang keluar dari garis ketakwaan.

Kalau dilihat secara fisik malam-malam bulan puasa sungguh sangat mengesankan. Masjid, musholla penuh sesak orang bertarawih, kantor pemerintah, kampus, sekolahan juga tidak mau ketinggalan menggelar kegiatan buka bersama, tarawih, tadarus dan pengajian. Radio dan TV pun gegap gempita menyiarkan acara yang bernuansa puasa. Hampir-hampir tiada ruang kosong tanpa simbul “kepuasaan”. Semua berhidmat satu tujuan bulan ramadhan harus diisi kegiatan positip, sehingga betul-betul syaitan telah terbelenggu adanya.

Namun anehnya dengan tidak sadar dibulan suci ini, ada kebiasaan yang bertentangan dengan niatan awal berpuasa. Coba lihat jika sore menjelang berbuka semua toko, warung, penjual makanan seolah diserbu pembeli yang sebetulnya dirumah masing-masing mereka telah menyiapkan cukup makanan untuk berbuka, namun karena menuruti nafsu justru mereka malah berbelanja melebihi kebutuhan yang semestinya.

Harapan Baru.

Jika niat puasa yang benar telah dipahami bersama, bagaimana kiranya Bupati kita yang baru dapat memberi contoh dengan anjuran berbuka seadanya, kalaupun ada kelebihan uang atau makanan segeralah diberikan kepada kaum fakir, dhuafa yang sebenarnya cukup banyak disekitar kita. Karena kita umat paternalis, alangkah baiknya bila himbauan dan contoh dari beliau bukan sebagai alat pencitraan tetapi berupa ketulusan, kesederhaan apalagi orang tahu bahwa Bupati kita berasal dari keluarga yang sangat kekurangan, miskin dan “nelangsa”. Jika sekarang menjadi bupati karena diberi rejeki berlimpah dari Tuhan bukan berarti apa yang dimiliki harus dimubazirkan dengan acara dan kegiatan yang kurang ber-empati kepada kaum papa. Alangkah naifnya bila makin tinggi derajat seseorang makin lupa dengan asal-usul, makin kaya seseorang makin lupa bersyukur, makin terkenal seseorang makin menjauh dari teman, padahal niat puasa adalah membentuk jiwa lebih baik, lebih perasa dan lebih peduli sesama. Janganlah puasa hanya menjadi perilaku “wadag” tanpa ada perubahan etos batin untuk selalu ingat kepada rakyat yang kurang gizi, kurang makan, kurang biaya pendidikan, tidak bisa membayar ongkos rumah sakit , mereka yang terlantar hidup mengemis dan menggelandang. Dan janganlah puasa malah makin konsumtif, makin mengumbar nafsu jika malam hari tiba, puasa tambah boros. Bahkan semua jadi tidak sadar untuk apa mereka berpuasa.

Harapan baru yang lain kepada Bapak Bupati semoga puasa tahun ini sejak awal hingga akhir bulan tidak terdengar suara mercon yang sangat mengganggu dan juga warung-warung tidak buka selama bulan puasa kecuali bagi pengusaha non muslim. Sehingga akan tampak suasana baru berpuasa dengan Bupati baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebetulnya umat juga sepakat bila Ramadhan ini dijadikan bulan pelatihan peningkatan mutu bathin bukan menjadi bulan pemborosan.



M.Syahri Nurwahab
Pegiat Forum Penulis Kebumen

Candiwulan Rt 03 / 01
Kebumen 54351 – Rek. Danamon No. 95436101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar