Minggu, 14 Februari 2010

Tulisan Sdr.Sukron Makmun

Ekonomi Pertanian di Kebumen

PETANG menjelang, kesibukan di jantung Kota Kebumen tidak serta-merta mereda. Ada warna lain ditandai aktivitas cukup beragam. Namun lebih mengesankan kepada suasana santai. Tak sebagaimana terlihat pada pagi maupun siang harinya.

Seiring benderang lampu-lampu jalan utama kota, seketika tatap mata kita akan segera bertumbuk pandang dengan sejumlah keramaian. Tak terpusat, tetapi relatif menyebar di sejumlah tempat strategis. Seputar Alun-alun, lalu di sepanjang kiri-kanan Jl. Pahlawan ke timur hingga Tugu Walet, Jl. Sutoyo ke timur, juga Jl. Pemuda ke selatan, berubah menjadi deretan sentra kuliner teramai. Dan emperan toko pun berubah dihisai sejumlah besar warung tenda. Beraneka menu masakan tersedia di sana. Dari jajanan ringan hingga makanan berat ada semua. Uniknya semua mempunyai peluang pasar yang lumayan terbuka. Terbukti kian tahun jumlah warung tenda kian menjamur.

Itulah sekilas pandang geliat malam Kota Kebumen yang kontras jika dibandingkan siang hari. Kota kecamatan di tepi Sungai Luk Ulo sebelah timur ini terdiri dari 5 kelurahan dan 24 desa, makin dikenal khalayak sebagai pusat perniagaan. Dengan potensi jumlah penduduk terbesar (121.978 jiwa) dari total 26 kecamatan yang ada, maka jumlah penduduk usia produktifnya pun turut menyesuaikan. Kini jumlah penduduk usia produktif di Kecamatan Kebumen tak kurang dari 77.700 jiwa. Jika diperinci lagi dari sektor ekonomi yang digeluti maka terlihat sektor perdagangan, hotel, dan restoran, paling mendominasi mencapai 13.188 orang. Lainnya pertanian (9.496) dan sektor konstruksi (850).

Ekonomi Pertanian

Bisa dibilang, hingga kini struktur perekonomian Kebumen masih terpolarisasi antara dua sektor besar, yakni pertanian serta perdagangan barang/jasa. Antarkeduanya bahkan saling menguatkan. Interaksi dua sektor ini pada akhirnya membentuk mata rantai ekonomi pertanian. Di mana tingkat konsumsi barang atau jasa tak bisa lepas begitu saja dari maju tidaknya kemampuan ekonomi para petani. Titik temu paling mudah diamati adalah tingkah polah interaksi jual-beli di pasar-pasar tradisional.

Kota Kebumen --di tengah hiruk-pikuk wajah kota yang kian kosmopolitan, dipagari beraneka fasilitas cyber, puluhan warung internet (warnet), industri ritel berwaralaba-- tetap mampu menampakkan wajah asli ekonomi pertanian. Pagi hari, lalu-lintas komoditas pertanian begitu hidup. Daya dukung daerah kecamatan lain di seputar kota dalam perniagaan hasil pertanian sangat kentara. Selain bermuara di Pasar Tumenggungan, hasil panenan petani berupa komoditas palawija, buah, dan sayur-sayuran bahkan telah mampu melampaui batas wilayah. Produk pertanian Kebumen banyak disuplai menuju pasar di lain daerah.

Daerah Berpotensi

Total luas tanah sawah di Kebumen adalah 39.831 Ha, yang dilayani sarana irigasi teknis mencapai 18.247 Ha. Sementara yang lain memanfaatkan sarana irigasi setengah teknis, irigasi sederhana PU, sarana irigasi sederhana non-PU serta lahan tadah hujan. Dengan kondisi seperti itu, didukung kontur tanah yang bervariasi, sangat memberi keuntungan terutama jika dilihat dari sisi produksi hasil pertanian.

Daerah pedesaan di Kebumen rata-rata memiliki lahan pertanian yang subur. Kesuburan tanah jika ditopang oleh teknologi pertanian yang baik merupakan faktor penting untuk bisa menghidupi ekonomi petani. Di samping terdapat faktor lain yang cukup memengaruhi. Sebut saja ketersediaan sarana produksi (saprodi) dengan biaya terjangkau juga faktor harga pascapanen.

Dari sekian kecamatan, produk pertanian Kebumen didominasi oleh pertanian padi, palawija dan tanaman holtikultura. Produksi padi, misalnya, banyak dihasilkan oleh petani di Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Ambal, Puring, Kuwarasan, Mirit serta Petanahan.

Tanaman palawija, semacam jagung, ketela pohon (Ipomoea batatas L Lam), ketela rambat atau sweet potato serta kacang tanah amat cocok dibudidayakan pula di Kebumen. Hasil ketela pohon, misalnya, banyak dihasilkan oleh petani di Kecamatan Karangsambung. Produksi mereka dari 907 Ha mampu menghasilkan ketela pohon sejumlah 13.938 ton pada tahun 2007. Sementara untuk komoditas holtikultura seperti cabai besar, cabai rawit, kacang panjang, tomat, ketimun, dan terong produksinya belum begitu masif jika dibandingkan luas lahan pertanian secara umum di Kebumen. Padahal kebutuhan pasar baik lokal maupun regional cukup menjanjikan.

Harus diakui, mayoritas petani di pedesaan Kebumen saat ini masih banyak yang tergolong dalam taraf hidup prasejahtera. Namun bukan berarti mereka kurang dalam bekerja. Potensi pedesaan yang jelas tergambar di depan mata harus terus menerus dikelola dan digenjot. Sebab sejatinya, kemajuan suatu daerah di negeri kita, kuncinya ada pada kemajuan ekonomi desa. Ekonomi para petani. (Sukron Makmun).

Tulisan di atas telah dimuat di Rubrik Wacana Lokal Harian Suara Merdeka, edisi Sabtu 11 Juli 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar