Sabtu, 09 Januari 2010

Apapun

APAPUN KASUSNYA, CEPAT AMBIL SOLUSINYA.

Minggu ini Indonesia “disandera” oleh keputusan Presiden yang ditunggu-tunggu cukup lama dan dinantikan dengan tegang oleh rakyat Nusantara,walau akhirnya tidak memuaskan Ternyata persoalan KPK Versus Polri atau dalam istilah lain “cicak lawan buaya” memakan waktu cukup lama, mulai awal Juli sampai akhir Nopember 2009 (4 bulan) tampaknya belum juga tuntas. Apakah kita semua sudah biasa kalau menggarap “pekerjaan” harus berlarut-larut, bertele-tele dan berkepanjangan, belum lagi masalah Bank Century juga pasti akan panjang “durasinya” bisa-bisa sampai tahun depan. Banyak sekali energi dan waktu yang habis sia-sia “hanya” untuk menggarap satu problem.Padahal kalau diamati setiap hari pasti akan timbul masalah baru, karena kehidupan manusia adalah merupakan sederetan masalah yang seharusnya “day by day” rampung. Sehingga pekerjaan berikutnya yang butuh pemikiran besar, biaya besar dan waktu yang cukup dapat diagendakan dengan akurat.

Kita yakin sebentar lagi akan muncul masalah baru, apalagi kalau lembaga penegak hukum kesemuanya sudah “mau dan berani” buka-bukaan. Disana-sini akan meletus peristiwa demi peristiwa yang tadinya disembunyikan dan ditutupi rapat-rapat akan menyeret banyak tokoh baik lokal maupun nasional. Bukan rahasia lagi bahwa negeri ini memang sarat dengan masalah, baik keuangan maupun politik dan kejahatan lainnya. Jadi jangan heran kalau program 100 hari Presiden tidak akan berdampak apapun bagi rakyat, jangankan 100 hari, walau dipro-gram 1.000 haripun akan habis untuk ngurusi problem masa lalu yang masih tertunda. Semua departemen ada korupsinya, kalau ini dibuka waduh penuh sesak KPK menahan orang, belum lagi kalau kasus di Propinsi dan Kabupaten / Kota “diungkap” ini lebih dahsyat lagi cuaca langit Indonesia.

Bagaimana ini jadinya apakah sepakat semua kasus ditutup saja, biar yang sudah “dapat” banyak biarkan menikmati hasilnya, dan yang tidak dan belum mau terjerumus kasus biar tetap hidup tertatih-tatih karena banyak terlibat hutang dengan penuh kejujuran,biaya hidup tidak tercukupkan karena ikut terseret pola hidup hedonisme. Apakah seperti ini yang disebut “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Saya kira banyak orang tidak akan sepakat, yang sudah biarlah sudah, yang baru berulah lagi. Rumputpun pasti akan protes kalau penghuni bumi yang berakal berlaku tidak adil.

Solusi apa yang mesti kita perbuat, jawabnya adalah semua persoalan selesaikan dengan cepat dan tegas, jangan “buying and wasting time” yang pasti tidak produktif. Ada sebuah contoh yang nyata didepan mata kita. Koran kita “Suara Merdeka” pasti akan naik cetak selam-bat-lambatnya jam 12 malam. Apapun risikonya Redaksi sangat bertanggung jawab atas segala pekerjaan dan tugasnya, semua problem dan “ruwet renteng” pasti diselesaikan, padahal ini berjalan setiap hari. Apakah para penegak hukum tidak dapat “meniru” fenomena ini. One day services, sehari jadi, sehari selesai, padahal kita tahu semua mereka “maaf” upahnya kecil tapi kerjanya besar. Kalau polisi, jaksa, hakim, menteri dan kepala kantor pemerintah mau mengge-rakan unit kerjanya sebagaimana pemimpin redaksi menggerakan stafnya secara bersama-sama menuju dead-line yang sama-sama telah disepakati, mengapa tidak. Karena diulur-ulur, inilah yang menyebabkan munculnya “markus-markus” bukan hanya dilembaga hukum tapi juga disemua lembaga pelayanan publik,termasuk DPR. Memang awalnya kaget tapi kan lama-lama biasa dan pasti akan menjadi “adat” yang baik yang dapat menyelamatkan hidup didunia dan diakhirat. Apapun problemnya cepat ambil langkah solusinya. Semoga

M.Syahri Nurwahab.
email : emasyahrinurwahab@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar